Selasa, 02 Januari 2018

LAPORAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.                          Umum
Kondisi jalan  Nasional lintas timur Provinsi Aceh khususnya di kawasan Kota Idi yangsebagai Ibu Kota Kabupaten Aceh Timur  terus terjadi peningkatan volume lalu lintas setiap tahun teruatam pada jam-jam sibuk sehingga terjadi perlabtan  kecapatan kendaraaan, sehingga dapat terjadi kemacetan. Untuk mengatasi hal tersebut dimasa yang akan datang  Pemerintah Kabupaten Aceh melakukan  perencanaan pemabngunan Jalan Elak Kabupaten Aceh Timur, jalan tesebut secara geografis terletak di sebelatan Selatan Kota Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur.
Menurut klasifikasi fungsional Jalan Elak Kota Idi nanti  termasuk kelas jalan arteri,  yang dapat menampung peningkatan volume lalu lintas dimasa yang akan datang terutama kendaraan berat seperti truk dan bus.  Dan berpengaruh terhadap kecepatan dan tingkat pelayanan  jalan (level of service), pencapaian tingkat pelayanan jalan dipengaruhi oleh lebar jalur jalan, kondisi trase jalan termasuk lengkungan horizontal dan vertikal, lebar bahu jalan, kondisi konstruksi perkerasan jalan termasuk lapisan permukaan.
                 Menurut iklim jalan lingkar Kota Idi  dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, dengan suhu berkisar antara 25°C – 29 °C. Musim hujan biasanya terjadi antara bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim kemarau antara bulan Februari sampai dengan bulan Juli. Curah hujan yang terjadi antara 1.745-2.232 mm/th. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September sebesar 276 mm dan curah hujan terendah pada bulan Maret sebesar 263 mm.

1.2.              Latar Belakang
Jalan Elak Kota Idi  terletak sebelah selatan Kota Idi , mempunyai topografi berdasarkan medan terdiri medan datar, medan berbukit dan medan pergunugan. Menurut standar perencanaan geometrik jalan antar kota No. 038/TBM/1997 persentase kemiringan medan seperti pada tabel 1.1  berikut:
Tabel 1.1. Klasifikasi Medan
No
 Jenis Medan
Notasi
Jenis (%)
1
2
3
Medan datar
Medan perbukitan
Medan Pergunungan
D
B
G
>  3
3 – 25
> 25
Sumber Standar Perencenaan Geometrik Jalan antar Kota 1997
1.3.        Permasalahan
Hasil survey pendahuluan yang dilakukan di lokasi Perencanaan Teknik (DED) Jalan Lintas Timur Paket 20/2013 diperoleh data ruas jalan dan lokasi seperti pada tabel 1.3. Perubahan lokasi ruas jalan sebagaimana yang tercantum pada kerangka acuan kerja (KAK), karena rencan pembangunan ruas  jalan tersebut perlu penanganan segera. Evaluasi yang dilakukan pada waktu survey pendahuluan meliputi  Pengukuran dan Topografi, Soil test dan  Hidrologi, sebagai data awal mendukung perencanaan perencanaan pembangunan jalan elak tersebut.

1.4.                Sasaran Yang Ingin Dicapai
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pekerjaaan Perencanaan Pembangunan jalan Elak kabupeten Aceh Timur ( Lintas Timur) adalah tersedianya dokumen perencanaan terdiri dari.
a.         Rencana Geometrik Jalan meliputi:
Ø          Penentuan trase jalan yang ideal sesuai dengan standar.
Ø Penentuan Ainyemen horizontal berdasar jari-jari (R) lengkung minmum sebesar 210 meter, dan kecepatan minimum 60 km/jam.
Ø Keadaan existing awal dan existing rencana.
Ø Kondisi drainase yang ada dan drainase rencana.
Ø Volume/ kubikasi tanah galian dan tanah galian.
b.         Konstruksi tebal perkerasan, meliputi:
Ø            Jenis material yang digunakan untuk:
-       Lapisan tanah dasar (Subgrade).
-       Lapisan pondasi bawah (sub base course).
-       Lapisan pondasi atas (base course).
-       Lapisan permukaan (surface course).
Ø            Tebal masing-masing lapisan perkerasan.
Ø            Vomlume/ kubikasi masing-masing lapisan perkerasan.
c.          Kestabilan lereng pada daerah galian dan timbunan.
d.         Daftar harga satuan.
e.         Dokumen lelang.
Tesedianya dokumen Perencanaan Pembangunan Jalan Elak Kabupaten Aceh Timur, diharapkan dapat  menyelesaikan permasaalahan program Pemerintah Kabupaten Aceh Timur.



1.5.                Maksud dan Tujuan Kegiatan
Jasa pelayanan ini dimaksudkan untuk membantu Satuan Kerja / Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Timur dalam rangka malaksanakan pekerjaan Perencanaan Pembangunan Jalan Elak Kabupaten Aceh Timur.
Tujuan dari perencanan ini adalah tersedianya perencanaan teknik jalan yang berwawasan lingkungan, serta dokumen pelelangan,  dengan mengacu kepada  standar / prosedur yang berlaku guna tercapainya mutu pekerjaan perencanaan, penyelesaian penanganan masalah yang bersifat khusus serta memenuhi tingkat perekonomian yang tinggi sehingga pelayanan jalan yang diinginkan selama umur rencana dapat tercapai.
Mencapai maksud di atas maka pihak Konsultan melakukan persiapan desain dengan melakukan pengumpulan data untuk mendukung kegiatan yang dimaksud. pengumpulan data diawali dengan survey pendahuluan untuk mendapatkan gambaran umum tentang kondisi Topografi pada jalur lintas  jalan, guna dapat merencanakan: trase jalan, lapisan perkerasan, bangunan pelengkap, dan  keadan geografis daerah perencanaan. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder meliputi:
Ø  Pengumpulan data primer terdiri dari:
-                             Survey pengukuran topografi.
-                             Survey penyelidikan tanah.
-                             Survey  hidrologi.
Ø  Pengumpulan data sekunder terdiri dari:
-                             Peta Provinsi Aceh, termasuk peta jaringan jalan.
-                             Peta lokasi material yang tersedia untuk pelaksanaan pembangunan.
-                             Daftar harga satuan yang berlaku di wilayah ruas jalan yang direncanakan.
Berdasarkan data tersebut kira nya menjadi pendukung Perencanaan Pembangunan Jalan Elak Kabupaten Aceh Timur. Yang tidak lepas dari aturan serta standar yang berlaku.
1.6.                Ruang Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan konsultan berupa konsultan teknik, bertanggung jawab atas jasa konsultan Perencanaan Pembangunan Jalan Elak Kabupaten Aceh Timur, sebagaimana yang tercantum pada surat perjanjian kerja/ kontrak adalah sebagai berikut:
1.         Melaksanakan survey dan perencanaan teknik sesuai dengan standar perencanaan yang berlaku.
2.         Menyediakan dokumen pelelangan pengadaan jasa konstruksi, daftar kuantitas dan gambar tipikal sebagai bahan pelelangan konstruksi.
3.         Menyediakan perencanaan teknik detail, gambar detail dan engineer estimate (perkiraan biaya).
4.         Merevisi perencanaan teknik jalan sesuai dengan kebutuhan setelah pemeriksaan final dari pengguna jasa.
5.         Mengindentifikasi dampak lingkungan dan mengatur tindakan dalam rencana manajemen lingkungan (EMP).

1.7.                Hasil/ Keluaran
Hasil dari pekerjaan perencanaan tersedianya dokumen Perencanaan Teknik (DED) Jalan Lintas Timur dalam bentuk:
  1. Laporan hasil perencanaan.
  2. Gambar situasi dan trase jalan rencana.
  3. Gambar potongan arah memanjang (long section)
  4. Gmabar potongan arah melintang (cross section), pada daerah lurus dan datar setiap 50 meter, daerah tikungan dan tanjakan setiap jarak 25 meter.
  5. Volume dan rencana biaya pekerjaan fisik.
  6. Pelaporan, terdiri dari:
-       Laporan pendahuluan.
-       Laporan bulanan
-       Laporan akhir.
  1. Gambar perencanaan + CD.
  2. Dokumen pelelangan.

1.8.                Jangka Waktu Pelaksanaan
Jangka waktu kegiatan  Perencanaan Pembangunan Jalan Elak kabupaten Aceh Timur sesuai yang tercamtung dalam kontrak kerja yaitu selama 3.0 (tiga) bulan sejak Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dan mobilisasi personil dikeluarkan.


BAB II
ORGANISASI DAN RENCANA KERJA

Organisasi sebagai kebutuhan dalam suatu kegiatan baik kegiatan perencanaan maupun kegiatan pelaksanaan, personil dalam organisasi terdiri dari berbagai disiplin ilmu  yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan, masing-masing mempunyai tugas dan tangung jawab yang diberikan oleh koordinator/ Team Leader. Rencana kerja merupakan rencana kegiatan masing-masing komponen yang akan dilaksanakan, rencana kerja disusun menurut urutan kegiatan  yang akan dilaksanakan. Untuk mengontrol kegiatan yang dilaksanakan dibuat time schedule kegiatan dari mulai kegiatan sampai berakhirnya kegiatan, time schedule juga berfungsi untuk mengetahui kemajuan  kegiatan yang sedang dilaksanakan/ progres, baik mingguan maupun bulanan.
2.1.                                                              Organisasi Kerja.
Memperlancar kegiatan pekerjaan pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Jalan Elak Kabupaten Aceh Timur, pihak Konsultan Perencana membentuk Organisasi kerja kualifikasi dan jumlah personil sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja. Kelompok kerja tersebut terdiri dari:
ü  Team Leader/ Project Koordinator.
ü  Tenaga Ahli Jalan (Highway Engineer).
ü  Tenaga Ahli Hidrologi (Hidrologi Engineer).
ü  Tenaga Ahli Geoteknik (Geoteknik Engineer).
ü  Tenaga Ahli Tanah dan Material (Soil/ Material Engineer).
ü  Tenaga Ahli Anggran Biaya (Quantity/ Cost Engineer).
ü  Tenaga Ahli Lingkungan.
ü  Tenaga Surveyor.
ü  Tanaga Harian Lokal.
ü  Sekretaris/ Adminitrasi.
ü  Tenaga Operator Komputer.
ü  Ofice Boy.
Dalam melaksanakan kegiatan perenacnaan tersebut diketuai oleh Team Leader/ Project Koordiantor. Organisasi pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Teknik (DED) Jalan Lintas Timur (Paket 20/2013) disusun dengan maksud untuk mengetahui alur tugas dan tanggu jawab semua tenaga ahli, tenaga administrasi, tenaga operator komputer dan tenaga pendukung yang terlibat dalam pekerjaan ini. Alur tugas dan tanggung jawab sangat penting untuk:
Ø  Menghindari terajdinya tumpang tindih dari petugasan yang ada.
Ø  Memperjelas tugas dan tanggung jawab masing-masing personil.
Ø  Mempermudah koordinasi jenis-jenis pekerjaan yang saling berhubungan.
Ø  Mempermudah mengatasi masalah yang dapat menghambat kemajuan pekerjaan.

2.2.                                                              Tenaga Kerja
Untuk dapat menjamin keberhasilan pelaksanaan  pekerjaan ,pelayanan akan diberikan oleh tenaga profesional pada tingkat ahli dan tenaga pendukung.  Sesuai  dengan kontrak kerja pekerjaan ini akan dilaksanakan dalam kurun waktu 3.0 bulan. Karena tidak kesemuanya dibutuhkan serentak, maka waktu penugasan masing-masing tenaga tesebut di atur menurut jadwal yang telah disusun.
Pembagian tugas dan  tanggung jawab disusun berdasarkan jadwal penugasan dan rencana kerja yang rinci. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalisasikan tugas masing-masing personil agar tercapai sasaran secara efektif, efisien dan tepat waktu.
Team Leader/ Project Koordinator akan melakukan pengelolaan dan pengendalian tugas dan tangungjawabnya pada seluruh anggota tim. Tiap-tiap anggota tim mempunyai tanggung jawab individual dan kolektif untuk mendukung tugas kelompok. Seluruh anggota tim ini bertanggung jawab atas kendali mutu terhadap produk/ keluaran hasil perencanaan jalan.

                Adapun tenaga yang ditugaskan dalam pekerjaan ini adalah:
1.                   Team Leader/ Project Koordinator
Team Leader/Project koordinator  yaitu sarjana teknik sipil, berpendidikan sarjadi S1 Teknik Sipil/ Bidang Transportasi, berpengalaman dalam perencanaan jalan raya selama 5 tahun, baik perencanaan geometrik maupun konstruksi perkerasan dan bangunan  pelengkap lainnya terdapat pada jalan.
Tugas dan tanggung jawab Team Leader/Project  kooradinator seabagai berikut:
Ø  Mengevaluasi/ mengoreksi rencana yang disusun oleh masing-masing personil yang terlibat dalam perencanaan yang akan dilaksanakan, sehingga pekerjaan menjadi lebih baikk dari segi mutu perencanaan dan segi waktu yang tersedia.
Ø  Mengkoordinasi semua kegiatan yang berkaitan dengan Perencanaan Teknik (DED) Jalan Lintas Timur (Paket 20/2013).
Ø  Mengadakan rapat internal untuk mengevaluasi terhadap kemajuan pekerjaan setiap minggu, setiap bulan, memberikan arahan dan solusi bila terdapat kendala atau permasalahan dan kegiatan.
Ø  Mengahadiri rapat yang dilakukan oleh pemberi tugas, dan konsultasi bila terdapat permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan, dalam hal ini dengan Kepala SNVT Provinsi Aceh.

2.                   Highway Engineer
Highway Engineer, sarjana teknik sipil yang berpendidikan S1 teknik sipil  bidang transportasi dengan pengalaman 3 (tiga) tahun dalam bidang perencanaan jalan.
Wewenang dan tangung jawab Highway Engineer dalam kegiatan perencanaan yang dilaksanakan sebagai berikut:
Ø  Menyusun rencana kerja sesuai dengan bidang dan tangung jawab yang ditetapkan kepadanya.
Ø  Mengkoordinasi pelaksanaan survey topografi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Ø  Merencanakan dan menghitung geometrik dan konstruksi perkerasan jalan rencana.
Ø  Memeriksa dan mengoreksi gambar geometrik dan tebal perkerasan jalan meliputi:
 gambar trase jalan rencana termasuk alinyemen horizontal dan vertikal, penampang melintang jalan dan gambar drainase.

3.                   Hidrologi Engineer
Hidrologi Engineer berpedidikan sarjana S1 atau lebih tinggi dibidang teknik sipil dan berpengalama dibidang hidrologi selama minimal 3 (tiga) tahun. Dimana tugas dari ahli hidrologi adalah merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan yang mencakup pelaksanaan pengumpulan data hidrologi, pengelolaan dan analisis data hidrologi. dan perhitungan-perhitungan hidrologi untuk perencanaan bentuk dan demensi bangunan hidrologi.
 Menjamin bahwa data  analisis dan perhitungan yang dihasilkan adalah benar, akurat, siap digunakan, dapat memberikan masukan yang rinci mengenai curah hujan dan pola aliran permukaan untuk tahap perencanaan teknik jalan dan jemabatan.

4.                   Geoteknik Engineer
Adalah  seorang  sarjana S1 atau srata yang lebih tinggi dibidang teknik sipil dan berpengalaman dibidang geoteknik mimimal 3 (tiga) tahun, dimana tugas ahli geotekinik adalah merencanakan semua kegiatan dalam pekerjaan geologi yang mencakup pelaksanaan survey geologi, pengelohan dan analisis  data geologi, dan penggambaran data geologi, serta menjamin bahwa gambar geologi yang dihasilkan adalah benar, akurat, siap digunakan, dapat memberikan masukan yang rinci menegenai kondisi dan stabilitas badan jalan untuk tahap perencanaan teknik jalan, dan dapat memberikan masukan yang rinci mengenai sumber bahan beserta sifat-sifat bahannya.

5.                   Soil and Material Engineer.
Adalah seorang sarjana S1 atau srata yang lebih tinggi dibidang teknik sipil dan berpengalaman dibidangnya selama minimal 3 (tiga) tahun, dimana tugas ahli teknik  tanah dan bahan/ material adalah merencanakan semua kegiatan yang mencakup pelaksanaan penyelidikan tanah di lapangan dan di laboratorium, analisa data tanah, perhitungan-perhitungan mekanika tanah yang dihasilkan adalah benar, akurat, siap digunakan, dapat memberikan masukan yang rinci mengenai kondisi, sifat-sifat dan stabilitas badan jalan untuk tahap perencanaan teknik jalan dan jembatan.

6.                   Quantity dan  Cost Engineer.
Quantity dan Cost Engineer seorang sarajana S1 teknik sipil berpengalaman dalam bidang perhitunagn quantitas dan biaya dalam pekjaan perencanaan jalan raya  selama 3 (tiga) tahun. wewenang dan tangung jawab sebagai Quantity  dan Engineer Estimate (EE), pemberian wewenang dan tanggung jawab untuk memperlancar kegiatan perencanaan yang dilakukan sehingga waktu yang ditetapkan oleh pemberi tugas dapat tercapai dengan baik, adapun tugas dari Quantity/ Cost Engineer:
Ø Menyusun program kerja sesuai dengan waktu yang diberikan oleh Team Leader  kepadanya.
Ø Mengevaluasi harga satuan setempat yang berlaku pada wilayah perencanan jalan.
Ø Menghitung/ mengevaluasi kualitas pekerjaan, bahan/ material, tenaga keraj dan peralatan.
Ø Menghitung rencana biaya pekerjaan berdasarkan perhitungan oleh Konsultan atau sering disebut Engineer Estimate.

2.3.                                                              Struktur Organisasi
Struktur organisasi suatu struktur dalam suata kegiatan yang menggambarkan kedudukan masing-masing personil, ada yang  bersifat perintah dan koordinasi setiap kegiatan yan telah disusun oleh tim kerja.  Struktur organisasi Perencanan Pembangunan Jalan Elak Kabupaten Aceh Timur disusun sesuai Acuan Kerja (KAK)  dan Surat Perjanjian Kerja. Struktur organisasi Konsultan perencana seperti pada lampiran laporan pendahuluan.

2.4.                                                              Jadwal Pelaksanaan.
Dalam melaksanakan pekerjaan Perencanaan Pembangunan Jalan Elak Kabupaten Aceh TimurKonsultan telah menyusun  jadwal yang terdiri dari jadwal pelaksanaan pekerjaan dan jadwal penugasan personil. Jadwal pelaksanaan disusun sebagai pedoman mengenai jenis pekerjan dan waktu berlangsungnya pelaksanaan yang akan dilakukan. Keseluruhan pekerjaan yang dilaksanakan dituangkan dalam bentuk rencana kerja dengan mempertimbanngkan optimalitas waktu dan tingkat keterkaitan antar pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan dan jadwal mobilisasi personal seperti pada lampiran laporan pendahuluan ini.

2.5.                                                              Rencana Kerja
Sebelum memulai kegiatan pekerjaan , Konsultan  mengadakan konsultasi  dengan pemberi tugas dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Bagian Bina Marga Kabupaten Aceh Timur, yaitu untuk mendapatkan informasi mengenai ruas jalan yang akan ditangani.
Konsultan  berusaha untuk mendapatkan informasi umum mengenai lokasi ruas jalan yang akan direncanakan, sehingga dapat mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan survey di setiap ruas jalan tersebut. Pengumpulan data lapangan yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini .

2.5.1.                                                                                                                                 Survey Pendahuluan
Tujuan dan Sasaran survey pendahuluan sebagai berikut:
a.                             Melaksanakan koordinasi dengan institusi yang terkait.
b.                             Pengumpulan informasi menyangkut ruas jalan dan bangunan struktur yang ada.
c.     Pencatatan kondisi geometrik, lebar perkerasan jalan dan lebar bahu jalan, kondisi lapisan konstruksi perkerasan secara umum dan prakiraan penyebab kerusakan yang telah ada dan kemungkinan kerusakan yang akan datang.
d.     Perkiraan rencana penanganan yang diperlukan, baik pada perkerasan maupun pada pekerjaan lainnya, seperti drainase, perbaikan geometrik

2.6.                                                              Survey Topografi.
Survey pengukuran topografi dilakukan sepanjang trase jalan rencana, perpotongan, persimpangan yang  ada, situasi disekitar trase jalan rencana meliputi Daerah Milik Jalan dari as jalan sebelah kanan dan sebelah kiri jalan lebih kurang 50,00 meter, survey topografi meliputi:
1.                                  Pengukuran titik kontrol horizontal.
2.                                  Pengukuran titik kontrol vertikal.
3.                                  Pengukuran situasi.
4.                                  Pengukuran profil memanjang dan melintang.
5.                                  Pengolahan data dan penggambaran peta topografi menggunakan komputer.
6.                                  Pemasangan titik tetap Banch Mach (BM).



2.7.                                                              Survey Penyelidikan Tanah.
Survey penyelidikan tanah yang dilakukan meliputi survey daya dukung tanah dasar  dengan alat DCP, survey unconfined, survey boring dan survey geolistirk.  survey-survey tersebut sebagai data pendukung dalam desain pekerjaan  Perencanaan Teknik (DED) Jalan, tujuan dan diskripsi dari pelaksanaan survey tersebut sebagai berikut:
Ø        Survey Daya Dukung Tanah.
Survey daya dukung tanah dasar dilakukan untuk mendapatkan nilai daya dukung tanah dasar yang ada pada ruas jalan rencana dengan sistem California Bearing Ratio (CBR), nilai CBR di hitung dalam satuan persen (%). Pengujian lapangan dilakukan dengan menggunakan alat  DCP setiap jarak 200 meter dengan pengambilan data selang seling sebelah kanan dan sebelah kiri jalan.

2.8.                                                              Tahapan Analisa Data Lapangan, Desain dan Gambar-Gambar.
Desain struktur perkerasan flaxible pavement  pada dasarnya menentukan tebal lapisan perkerasan yang mempunyai sifat-sifat mekanis yang telah ditetapkaan sedemikian rupa sehingga menjamin bahwa tegangan-tegangan dan regangan-regangan pada semua tingkatan yang terjadi karena beban lalu lintas, pada batas-batas yang dapat ditahan dengan aman oleh bahan tersebut.
Perhitungan volume/ kubikasi, diperlukan untuk mendapatkan jumlah masing-masing jenis material yang akan digunakan. Perhitungan volume untuk keperluan mempersiapkan taksiran biaya  sabagai harga dasar untuk pelelangan pekerjaan konstruksi. Perhitungan volume diambil dari gambar-gambar rencana dengan mengunakan perhitungan matematis, perhitungan  volume didasarkan pada standar-sandar yang berlaku, perhitungan volume meliputi:
ü         Perhitungan luas potongan tanah dasar/ stripping.
ü         Perhitungan volume tanah galian dan tanah timbunan dan  lapisan tanah dasar.
ü         Perhitungan volume lapisan pondasi bawah.
ü         Perhitungan volume lapisan pondasi atas.
ü         Perhitungan lapisan permukaan.
ü         Perhitungan tanah galian saluran.
ü         Perhitungan volume campuran beton untuk saluran.
ü         Perhitungan campuran beton untuk dinding penahan tanah.
ü         Perhitungan luas lapisan resap pengikat.

2.9.                                                              Perhitungan Biaya
Untuk menentukan  harga satuan biaya konstruksi, mulai dari prinsip dasar dan mempersiapkan lembaran kerja analisa biaya untuk setiap jenis kegiatan pekerjaan, dengan menggunakan biaya setempat yang telah ditetapkan, untuk bahan-bahan dan tenaga kerja dan biaya untuk peralatan produksi dan peralatan.
Lembaran kerja analisa biaya mengikuti ketentuan yang telah disedia oleh Dirjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, meliputi:
1.       Biaya Tenaga Kerja.
Biaya tenaga kerja dan buruh dapat berubah dari satu lokasi ke lokasi lainnya per Kabupaten. Untuk keperluan menaksir semua keperluan biaya, tenaga kerja yan digunakan harus mewakili biaya tenaga kerja rata-rata untuk Kabupaten, tetapi untuk pekerjaan kontrak secara individu diperlukan penyesuain.
2.       Biaya Bahan.
Harga bahan juga bisa berubah karena perubahan-perubahan dalam lokasi proyek dan biaya transport, dan ketersedianya bahan-bahan setempat. Maka dari itu harga dasar untuk pengiriman bahan-bahan ke pusat Kabupaten  harus ditetapkan, dan komponen tetap transportasi harus ditambahkan sebagaiman perlu memberikan biaya pengiriman ke proyek.
3.       Harga Plant (Peralatan Produksi) dan Peralatan.
Harga plant (peralatan produksi) peralatan ditaksir dan dibuat standar atas dasar regional Aceh, biaya tersebut mencakup:
1)         Biaya untuk menjalankan peralatan dan biaya operasi,  termasuk,  pembelian minyak dan bahan service, serta  komponen yang mencakup pekerjaan perbaikan alat dan suku cadang.
2)         Biaya kepemilikan  yang mencakup penyusutan (depresiasi) asuransi, dan bunga sebagai biaya untuk membayar kembali.
3)         Penentuan harga satuan, harga satuan dihitung untuk setiap jenis kegiatan pekerjaan dengan menggunakan formulir-formulir atau metoda yang telah umum dipergunakan di Bina Marga.

1.10.                                                             Pembuatan Laporan dan Doumen Tender
1)                  Persyaratan Umum
Untuk menyiapkan kontrak konstruksi jalan, gambar perencanaan  akhir untuk difinalkan  desainnya. Kebutuhan gambar yang lengkap seperti Gambar trase jalan, gambar potongan memanjang dan melintang, gambar-gambar detail.
2)                 Peta Sumber Bahan
Peta sumber bahan harus mencakup lokasi masing-masing sumber serta tabel yang memberikan imformasi sebagai berikut :
Ø  Nama dan lokasi sumber bahan/ material.
Ø  Jarak perjalanan dari masing-masing sumber bahan ke lokasi proyek.
Ø  Jenis bahan yang ada, seperti pasir, kerikil, batu-batu dan lain-lain.
Ø  Taksiran volume pada masing-masing sumber bahan.

1.11.                                                            Pelaporan
Pelaporan merupakan dokumen yang menjadi tanggung jawab konsultan perencana terhadap pemberi tugas dalam hal ini konsultan melakukan konsultasi secara  rutin dengan Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Aceh, laporan tersebut adalah:
ü  Laporan Pendahuluan.
ü  Laporan Bulanan.
ü  Laporan Akhir.
ü  Gambar + CD
ü  Laporan Anggaran Biaya/ Estimate Engineer.
Laporan tersebut masing-masing sebanyak 5 (lima) set, setelah draf laporan disetujui oleh pemberi pekerjaan.
 BAB III
KONSEP  PERENCANAAN

            Metodologi pelaksanaan pekerjaan dilakukan untuk meyelesaikan masalah dan problema lalu lintas yang terjadi selama ini pada ruas yang direncanakan, serta berdasarkan tujuan terhadap lingkup pekerjaan yang terkandung dalam kerangka acuan kerja. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman ataupun acuan dalam melaksanakan rangkaian kegiatan pekerjaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
                Metodologi ini juga dilandasi atas mengenai keterkaitan antara satu pendekatan  dengan pendekatan lainnya, lingkup pekerjaan yang harus diselesaikan sesuai subtansi yang dipersyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja.

3.1.      Kriteria Desain Jalan
Desain jalan dilakukan berdasarkan undang-undang, peraturan-peraturan, standar-standar dan ketentuan tentang jalan.

3.1.1.      Ketentuan Teknik
Ketentuan tentang desain jalan diperlukan  untuk menjamin agar jalan dapat berfungsi secara optimal dalam melayani lalu lintas, untuk itu dalam melaksanakan pekerjaan Perencanaan  Teknik (DED) Jalan. Konsultan perencana sebagai penyedia jasa berpedoman pada kriteria desain, undang-undang, peraturan-peraturan, standar-standar desain atau pedoman teknis yang berlaku.
                Kriteria desain jalan yang digunakan sebagi berikut:
a.       Acuan desain geometrik jalan.
b.       Acuan desain perencanaan tebal perkerasan.
c.        Acuan desain drainase jalan.
d.       Acuan desain struktur yang terdapat pada perencanaan jalan.
e.       Acuan desain utility dan bangunan pelengkap lainnya.
f.         Ketentuan aspek lingkungan.
g.       Ketentuan tentang aspek keselamatan kerja.

3.1.2. Lebar Badan Jalan
Perencanaan lebar badan jalan mengacu pada undang-undang tentang jalan No. 38 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Tentang Jalan No.34 Tahun 2006, seperti pada tabel berikut:

A.        Tabel Lebar Badan Jalan Berdasarkan Fungsi

FUNGSI
Lebar Badan Jalan Minimum (m) UU No. 38/2004 dan PP No. 34/2006
ARTERI
11
KOLEKTOR
9
LOKAL
7,5
LINGKUNGAN
6,5

B.        Tabel Lebar Lajur  Lalu Lintas Berdasarkan Klasifikasi

KLASIFIKASI
Lebar Jalur Lalu Lintas Minimum (m) (PP No. 34/2006)
JALAN RAYA
2 (2 x 3,5 ) = 14
JALAN SEDANG
2 x 3,5 = 7
JALAN KECIL
2 x 2,75 = 5,5

Sedangkan dalam hal lebar badan jalan, lebar lajur lalu lintas, bila belum memungkinkan antara lain disebabkan karena lokasi, dana dan lain-lain, maka dapat diterapkan kondisi transisi, seperti pada tabel berikut.

C.        Tabel Standar Perencanaan Lebar Badan Jalan Menuju Ke Kondisi Ideal


Perencanan Badan Jalan (m)
Ideal
Minimum
Masa Transisi
Bahu Kiri
Jalur Lalu lintas
Bahu Kanan
Bahu Kiri
Jalur Lalu lintas
Bahu Kanan
Bahu Kiri
Jalur Lalu lintas
Bahu Kanan
Arteri
2,0
7,0
2,0
1,0
5,5
1,0
2,5
6
2,5
2,0
6
2
Kolektor
1,5
6,0
1,5
1,0
5,5
1,0
1,75
5,5
1,75
2,25*
4,5*
2,25*
Lokal
1,0
5,5
1,0
1,0
5,5
1,0
1,5
4,5
1,5
    *) Koreksi Aritmatika dari SE Ditjen Bina Marga No. UM.0103-Db/591.5 Juli 2007


Selain tersebut di atas juga memperhatikan ketentuan yang ditentukan oleh SNVT Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Aceh sebagai berikut:
Ø  Jalur lintas timur Aceh menggunakan kriteia desain bahu dan jalur lalu lintas  ideal (2+7+2) meter.
Ø  Jalur barat, tengah Aceh, menggunakan kriteria desain ideal (1,5+6+1,5) meter, kecuali ada keterbatasan maka menggunakan desain transisi (2,5+4,5+2,5) meter.

3.1.3.      Pelebaran Bahu Jalan
Pelebaran bahu jalan minimum untuk perkerasan permukaan adalah 0,5 meter dan untuk penyiapan lapisan pondasi agregat/ badan jalan  pelebaran minimum 1,2 meter.

3.1.4. Parameter Perencanaan Geometrik Jalan
Perencanaan geometrik jalan menerapkan parameter perencanaan sebagi berikut:
No
Parameter
Antar Kota
Perkotaan
Arteri
Kolektor
1
2
3
4
5
A
Klasifikasi Perencanaan



1
Kecepatan rencana
80
60
60
2
Jumlah jalur
4/2
2
4/2
B
Typical Cross Section



1
Lebar lajur  (m)
3,50
3,00
3,50/3,25
2
Lebar bahu jalan
2,00
1,50
2,00/1,50
3
Lebar minimum median
1,50
-
1,50
4
Kemiringan melintang (%)




Perkerasan
2
2
2

Bahu
4
4
4
5
Lebar tepi median (m)
0,25
0,25
0,25
6
Maksimum superelevasi
10
6
6
C
Alinyemen Horizontal



1
Panjang bagian lurus max (m)
3000
2000
2000
2
Panjang jari-jari minimum (m)
210
110
120
3
Jari-jari tanpa lengkung peralihan minimum (m)
1250
700
600
4
Jari-jari dengan kondisi normal (m)
3500
2000
2000
5
Jari-jari tanpa superelevasi (m)
250
250
250
D
Alinyemen Vertikal



1
Kelandaian maksimum (%)
10
10
8
2
Panjang lengkun min (m)
80
50
50
3
Panjang lengkung cekung min (m)
3000
1500
1500
4
Panjang lengkung cembung min (m)
4500
2000
2000
5
Panjang kritis (m)
460
500
500
Sumber: Pedoman Desain Perkerasan Jalan Lentur No. 002/P/BM/2011

3.1.5. Para Meter Perencanaan Perkerasan
Para meter perencanaan perkerasan yang perlu dipedomani adalah sebagai berikut:
Parameter
Perkerasan
Lentur
Kaku
2
3
4
Umur rencana (tahun)
10
30 - 50
Terminal serviceability (Pt)
2,0 – 3,0
2,0 – 3,0
Intial serviceability (po)
4,2
4,5
Serviceability loss (Δpsi)
Po - pt
Po - pt
Reability (R)
80 - 99,9
80 – 99,9
Standar normal deviation (Zr)
(-0,841)-(-3,090)
(-0,841)-(-3,090)
Standar deviation (So)
0,40 – 0,50
0,30- 0,40
Resilient modulus tanah dasar (Mr)
Berdasarkan CBR = 10  %

Resilient modulus agregat kelas B (Mr)
Berdasarkan CBR = 60 %

Resilient modulus agregat kelas A (Mr)
Berdasarkan  CBR = 90 %

Resilietn modulus AC- base (Mr)
Berdasarkan  MS  = 1800 kg

Elastic (resilient) modulus AC (Eac)
450.000 psi

Modulus reaksi  tanah dasar (k)

Berdasarkan  CBR = 10 %
Modulus elastisitas beton (Ec)

Berdasarkan K  = 350 kg/cm2
Layer coef AC surface course (a1)
Berdasarkan MS = 800 kg

Layer coef ATB (a21)
Berdasarkan EAC = 450.000 psi

Layer coef agregat kelas A (a2)
Berdasarkan CBR = 90 %

Layer coef agregat kelas B (a3)
Berdasarkan CBR = 60 %

Flexural strength (Sc)

Berdasarkan S’c = 45 kg/cm2
Tebal minimum Asphalt concrate
4 inch

Tebal minimum Agregat base
5 inch

Tebal minimum  concrete

30 cm
Tebal minimum lean concrete

10 cm
Drainase coefficient
1,25 – 1,15
1,15 – 1,10
 Sumber: Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentue Pt T- 01-2002-B

3.2.         Tahapan Perencanaan
                Dalam melaksanakan kegiatan Perencanaan Teknik (DED) Jalan Lintas Timur, Konsultan menggunakan metode berdasarkan pedoman-pedoman dan standar-standar, dari pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder. Tahapan dari perencanaan dibagi atas:
1.       Tahap persiapan
2.       Tahap pengumpulan data.
3.       Tahap analisa data.
4.       Tahap perencanaan teknik.
5.       Tahap finalisasi.
6.       Tahapan-tahapan tersebut seperti pada bagan alir berikut.

 




















3.2.1. Perencanaan Geometrik Jalan
Perencanaan geometrik jalan terdiri dari Perencanaan Alinyemen horizontal, Perencanaan Alinyemen vertikal.

3.2.1.1.  Perencanaan Alinyemen Horizontal
                Alinyemen horizontal adalah garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada bidang peta. Alinyemen horizontal merupakan trase yang terdiri dari garis lurus (tangen) yang dibentuk oleh sudut tangen (Δ), beradasakan perhitungan hasilnya membentuk lengkung horizontal/ tikungan.
                Bagian yang kritis pada lengkung horizontal adalah bagian tikungan, dimana terdapat gaya sentrifugal  yang dapat melemparkan kendaraan keluar dari jalur pada tikungan. Atas dasar itu  maka perencanaan tikungan diusahakan agar dapat memberikan keamanan dan kenyamanan, sehingga perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
a.       Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecepatan rencana ditentukan berdasarkan miring maksimum dengan koefisien gesekan melintang maksimum.
b.       Lengkung peralihan adalah lengkung pada tikungan yang dipergunakan untuk mengadakan peralihan dari bagian lurus ke lengkung atau sebaliknya.
Menentukan alinyemen horizontal pada suatu jalan, direncanakan agar didapat kenyamanan dan keamanan bagi pengemudi ketika berubah arah, menurut  Silvia Sukirman (1994), jenis lengkung horizontal yang digunakan dalam perencanaan geometrik jalan raya ada tiga jenis  lengkung horizontal yaitu:
1.       Lengkung  full Circle (FC).
2.       Lengkung Spiral-circle-spiral (S-C-S).
3.       Lengkung Spiral-spiral (S-S).
Bentuk dari dari ketiga jenis lengkung tersebut seperti berikut.











1.         Lengkung  Full Circle (FC).








Persamaan yang digunakan untuk menghitung lengkung full circle sebagi berikut:

T    =  R . Tg. / 2               .......................................................................................         3.1
Ec   = Tc . Tg / 4              ........................................................................................        3.2
Lc   =  ( 2p.R ) / 360        .......................................................................................         3.3
 Keterangan
T = Panjang tangen dari titik TC ke titik potong / poin intersection (PI)
R = jari-jari lengkung rencana (m)
Ec = jarak antara PI dengan dengan garis lengkung (circle) meter.
Δ =  Sudut putar (°)

2.         Lengkiung Horizontal Spiral-Circle- Spiral (S-C-S)

 










Persamaan yang digunakan untuk menghitung lengkung spiral-ciscle-spiral  (S-C-S) sebagi berikut:
                qs           =              ................................................................................................ 3.4

                 Dc          = D - 2.qs               ................................................................................................               3.5

                Lc            =  .      ........................................................................................     3.6
                Kontrol
                                Lc > 20  ………………..Ok! S-C-S

                Lt             =  Lc + 2.Ls          ....................................................................................................             3.7

                P             =   ............................................................................ 3.8

                k              =  Ls – (  ) - R . sin  q s    ................................................................. 3.9

                Es           =   ( R + P ) sec D/2 – R      ..........................................................................         3.10

Ts           =   (R + P) tg D/2 + k    ..................................................................................................       3.11
Dimana  :
       Ts    =  Jarak antara titik Ts ke PI  (m)
       R      =  Jari jari titik Ts dan PI (m)
       p       =  Jarak antara tangen dan busur lingkaran  (m)
       k       =  Jarak antara Ts dan Cs pada garis lurus (m)
      Es     =  Jarak PI ke lengkung peralihan (m)
      Lc      =  Panjang lengkung circle (m)
      D       =  Sudut perpotongan kedua bagian tangen  (°)
      Lt       =  Panjang lengkung circle  (m)
      Ls      =  Panjang lengkung spiral  (m)
      qs     =  Sudut Spiral  (o)
       D      =  Sudut putar  (o)

3.         Lengkung Horizontal Spiral-Spiral (S-S)
 









                qs           =   ½ D              3.12
                Ls            =   qs .p . R / 90              3.13
                p              =   (Ls2 / 6 . Rc) . (1- Cos qs)                        3.14 
                k              =  Ls – (Ls/40.Rc2)-Rc.Sin qs                       3.15
                Ts           =  (Rc +P) tan qs + k                      3.16
                Es           =  (Rc +P) Sec qs – Rc                  3.17
   Lt          =  2 . Ls                  ........................................................................................          3.18
Keterangan
Ts           =  Jarak antara titik Ts ke PI  (m)
R             =  Jari jari lengkung  (m)
Es           =  Jarak PI ke lengkung peralihan (m)
D             =  Sudut perpotongan kedua bagian tangen  (o)
L              =  Panjang lengkung spiral  (m)
q             =  Sudut Spiral  (o)

3.2.1.2.                Superelevasi
Diagram superelevasi adalah suatu diagram yang menggambarkan panjang ruang yang diperlukan untuk merubah kemiringan melintang (superelevasi) dari keadaan normal sehingga mencapai superelevasi penuh. Superelevasi penuh adalah kemiringan maksimum yang dicapai pada suatu tikungan tergantung pada kecepatan rencana  yang dipergunakan.
Menurut  Silvia Sukiraman (1994), perubahan kemiringan melintang dapat dilakukan dengan cara:
a.       Dengan menggunakn sumbu jalan sebagai sumbu putar.
b.       Dengan menggunakn tepi dalam perkerasan sebagai sumbu putar.
c.        Dengan menggunakan tepi luar perkerasan sebagai sumbu putar.

Bentuk gambar masing-masing superelevasi seperti gambar berikut:
1.       Gambar Superlelevasi Lengkung Full Circle (FC)















2.       Gambar Superelevasi Lengkung Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)


3.       Gambar Superelevasi Lengkung Spiral-spiral (S-S)



3.2.1.3.                Penampang Melantang Jalan.
Penampang melintang jalan/ potongan melintang jalan tegak lurus terhadap sumbu jalan, pada penampang melintang jalan terlihat :
ü  Lapisan tanah dasar jalan, baik tanah setempat, mapun tanah galian atau tanah timbunan.
ü  Lapisan pondasi bawah.
ü  Lapisan pondasi atas.
ü  Lapisan permukaan.
ü  Lebar badan jalan.
ü  Laebar bahu jalan
ü  Lebar jalur  dan lajur lalu lintas.
ü  Lebar penampang draimanase.
ü  Lebar trotoar.

3.2.1.4.                Perencanaan Alinyemen Vertikal.
Lengkung vertikal menurut Silvia Sukirman (1994), bahwa alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan jalan melalui sumbu jalan ,melalui tepi dalam masing-masing perkerasan untuk jalan dengan median. Sering disebut juga sebagai penampang memanjang jalan.
Dengan demikian, alinyemen menyatakan bentuk geometrik jalan dalam arah vertikal jalan, kondisi medan sangat menentukan bentuk atau jenis alinyemen vertikal pada potongan memanjang dari trase jalan.  Alinyemen vertikal dari penampang memanjang sangat menentukan  jalannya kendaraan yang melewati jalan tersebut, karena memberi pengaruh yang besar terhadap kecepatan, dan  kemampuan untuk berhenti.
Alinyemen vertikal terdiri dari dua lengkung yaitu:
a.       Lengkung vertikal cekung, titik potongan antara kedua tangen berada di bawah permukaan jalan, disebut juga lengkung vertikal positif (+).
b.       Lengkung vertikal cembung, titik perpotongan kedua tangen berada di atas permukaan jalan, disebut juga dengan vertikal (-).
Bentuk dari kedua lengkung tersebut dan persamaan yang digunakan untuk lengkung vertikal sebagai berikut:





a.       Lengkung Vertikal Cekung

Y = ( A/ 200 L) X 2                        .................................................................................                     3.19
                Ev = (A L/ 800)                     .................................................................................                    3.20
                A = (g1 – g2)                         ...................................................................................                   3.21
                X  = ¼ L  atau X = 1/8 L      ..................................................................................                    3.22

b.       Lengkung Vertikal Cembung

Y = ( A/ 200 L) X 2                .............................................................................................     3.23
                Ev = (A L/ 800)                     .............................................................................................      3.24
                A = (g1 – g2)                         .............................................................................................      3.25
                 X  = ¼ L  atau X = 1/8 L     .............................................................................................      3.26
Ev           =  Pergeseran vertikal  (m)
A             =  Perbedaan aljabar landai  (%)
L              =  Panjang/  jarak antara PLV dengan PTV (m)
BAGAN ALIR PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL DAN VERTIKAL
Rounded Rectangle: Star/Mulai
Oval: B
 


































 




















3.3          Perencanaan Perkerasan Jalan
Muatan yang bekerja pada suatu kontruksi jalan akan didistribusikan berdasarkan muatan roda kendaraan ke setiap lapisan perkerasan jalan dengan sedemikian rupa secara menyebar. Sukirman (1999) menjelaskan muatan yang bekerja pada suatu kontruksi jalan akan didistribusikan berdasarkan muatan roda kendaraan ke setiap lapisan pembentuk jalan dengan sedemikian rupa menyebarkan sudut 450 ­pada lapisan di bawahnya, maka penyebaran beban ini semakin ke bawah semakin kecil beban yang diterima. Dengan demikian, lapisan permukaan merupakan lapisan terbesar yang harus mampu menerima segala jenis gaya yang bekerja dan tanah dasar sebagai lapisan terakhir yang menerima beban.
Lapisan konstruksi perkerasan jalan pada sistem perkerasan lentur (flexible pavement) terdiri dari lapisan tanah dasar dihitung berdasarkan daya dukung tanah dasar (sub grade), lapisan pondasi bawah (subbase course), lapisan pondasi atas (base course) dan lapisan permukaan (surface course).


3.3.1.         Metode Perencanaan Perkerasan .
Perencanaan tebal perkerasan dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi existing pada setiap ruas jalan, perkerasan pelebaran existing untuk mencapai lebar ideal jalur lalu lintas sebesar 7,00 meter dan lebar bahu jalan sebesar 2,00 meter di sebelah kiri dan kanan jalan. Perkerasan peningkatan konstruksi yaitu dengan melakukan pelapisan ulang (overlay) pada ruas jalan telah mengalami kerusakan  pada lapisan permukaan.

A.                              Perencanaan tebal perkerasan pada pelebaran existing
Pelebaran diperlukan karena lebar existing lebar jalur lalu lintas dan bahu jalan kurang dari lebar ideal, 7,00 meter untuk lebar jalur dan 2,00 meter untuk bahu jalan.  Perencanaan tebal perkerasan pada kondisi tersebut dengan menggunakan data:
Ø Data CBR tanah dasar.
Ø Data lalu lintas/ kendaraan.
CBR tanah dasar berdasarkan dasil hasil uji DCP pada setiap ruas jalan yang menjadi opjek perencanaan, lalu lintas/ kendaraan di ambil dari data IRMS 2014.
Perencanaan tebal perkerasan berpedoman pada  Pedoman Perencanaan Perkerasan Lentur (Pt T-01-2002-B)  dan  Manual Desain Pekerasan  Jalan 2013 Para meter perencanaan sebagai berikut

a.                   Modulus resilien (MR) tanah dasar
CBR tanah dasar rencana dihitung berdasar cari grfais, Modulus resilien (MR) tanah dasar dihitung dengan menggunakan rumus
MR (psi) = 1.500 x CBR ...................................................................................................                 3.27
besarnya nilai reability berdasarkan tabel 1, Pedoman Perencanaan Perkerasan Lentur (Pt T-01-2002-B) halaman 5, jalan arteri antar kota.  Nilai penyimpangan normal standar (standard normal deviate ) untuk tingkat reliabilitas tertentu halaman 6.

b.              Lalu lintas pada lajur rencana
Lalu lintas pada lajur rencana di hitung dengan menggunakan rumus
W18 = 365 x DL x ŵ18 ....................................................................................................     3.28
DL = faktor distribusi lajur
ŵ18 = beban gandar standar kumulatif untuk dua arah.



c.                   Lalu lintas kumulatif
Lalu lintas komulatif dihitung dengan menggunakan rumus
Wt = W18 x[{(1+g)^n – 1}/g]  ........................................................................................       3.29
Wt = jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif.
w18 = beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun.
n = umur pelayanan (tahun).
g = perkembangan lalu lintas (%).

d.                   Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Koefisien kekuatan relatif dengan nilai mekanistik, yaitu modulus resilien. Berdasarkan jenis dan fungsi material lapis perkerasan, estimasi Koefisien Kekuatan Relatif dikelompokkan ke dalam 5 katagori, yaitu : beton aspal (asphalt concrete), lapis pondasi granular (granular base), lapis pondasi bawah granular (granular subbase), cement-treated base (CTB), dan asphalt-treated base (ATB). Koefisien kekuatan relatif yang digunakan pada perhitungan tebal perkerasan berdasarkan Tabel 10- Koefisien kekuatan relatif bahan jalan (a), Rancangan 3  Perancangan tebal perkerasan lentur Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga Nomor : 22.2 /KPTS/Db/2012 Tanggal : 30 Maret 2012).

e.                   Koefisien Drainase
Kualitas drainase pada perkerasan lentur diperhitungkan dalam perencanaan dengan menggunakan koefisien kekuatan relatif yang dimodifikasi. Faktor untuk memodifikasi koefisien kekuatan relatif adalah koefisien drainase (m) dan disertakan ke dalam persamaan Indeks Tebal Perkerasan (ITP) bersama-sama dengan koefisien kekuatan relatif (a) dan ketebalan (D). Koefisien drainasi dalam perhitungan berdasarkan Tabel 6- kefisien drainase (m), Rancangan 3  Perancangan tebal perkerasan lentur Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga Nomor : 22.2 /KPTS/Db/2012 Tanggal : 30 Maret 2012).

f.                     Indeks Permukaan (IP)
Indeks permukaan (IP) menyatakan nilai ketidakrataan dan kekuatan perkerasan yang berhubungan dengan tingkat pelayanan bagi lalu-lintas yang lewat,  indeks permukaan terdiri dari indek permukaan awal umur rencana (Ipo) dan indek permukaan pada akhir umur rencana (Ipt). Perhitungan tebal perkerasan jalan lintas timur termasuk fungsional arteri nilai diambil (Ipo ≥ 4) sedangkan nilai Ipt sebesar 2, sesuai dengan Tabel 6 dan tabel 7 halaman 8 Pedoman Perencanaan Perkerasan Lentur (Pt T-01-2002-B).


g.                   Penentuan Tebal Perkersan
Penentuan tebal masing - masing lapisan perkersan bedasarkan data CBR tanah dasar, jenis material lapisan pondasi bawah dengan CBR 60 %, material pondasi atas dengan CBR 90 %, material pilihan (selected material tanah dasar) dengan CBR 10 %. Lapisan permukaan digunakan 3 lapis yaitu lapisan AC – Base dengan marshall 1800 kg, lapisan AC – BC dengan marshall 800 kg dan lapisan AC – WC dengan nilai marshall 800 kg, umur rencana 10 tahun dengan pertumbuhan lalu lintas pertahun 6 %, rumus yang digunakan untuk menghitung tebal masing-masing lapisan sebagai berikut:
SN  = D1a1m1 + D2a2m2 + D3a3m3 + D4a4m4 + D5a5m5 + D6a6m6  ......................................     3.30
SN = serial numbe berdasarkan   Nomomgram 7 halaman 17 Pedoman Perencanaan Perkerasan           Lentur (Pt T-01-2002-B).
D1 =  tebal lapisan permukaan AC – WC
D2 =  tebal lapisan permukaan AC – BC
D3 =  tebal lapisan permukaan AC – Base
D4 =  tebal lapisan pondasi atas
D5 =  tebal lapisan pondasi bawah
D6 =  tebal lapisan urugan pilihan
a1 = koefisien kekuatan relatif lapisan permukaan AC – WC
a2 = koefisien kekuatan relatif lapisan permukaan AC – BC
a3 = koefisien kekuatan relatif lapisan permukaan AC – Base
a4 = koefisien kekuatan relatif lapisan pondasi atas
a5 =koefisien kekuatan relatif lapisan pondasi bawah 
a6 =koefisien kekuatan relatif lapisan urugan pilihan
m1 = koefisien drainase lapisan permukaan AC – WC
m2 = koefisien drainase lapisan permukaan AC – BC
m3 = koefisien drainase lapisan permukaan AC – Base
m4 = koefisien drainase lapisan pondasi atas
m5 = koefisien drainase lapisan pondasi bawah 
m6 = koefisien drainase urugan pilihan
Gambar typical tebal perkerasan













               












BAGAN ALIR PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN
 



































 

































3.4.              Perhitungan Volume Kubikasi Dan Rencana Anggaran Biaya
Perhitungan kubikasi/ volume, dihitung berdasarkan hasil dari gambar rencana, potongan memanjang dan melintang. Volume yang dihitung meliputi:
Perhitunag kubikasi lapisan tanah dasar terdiri:
Ø  Volume tanah dasar dari galian.
-       Volume tanah dasar dari timbunan/ urugan.
-       Perhitungan kubikasi dari lapisan pondasi bawah (sub base course).
Ø  Perhitungan kubikasi dasi lapisan pondasi atas (base course).
Ø  Perhitungan kubikasi  dari lapisan permukaan (surface course).
Ø  Perhitungan kubikasi  dari bahu jalan (berm).
Ø  Perhitungan  galian tanah saluran.
Ø  Perhitungan kubikasi beton baik beton struktural maupun non struktural.

Anggaran biaya merupakan sejumlah dana yang diperlukan untuk penyelesaian pembangunan suatu kegiatan/ Proyek. Rencana anggaran biaya pada suatu kegiatan terdiri dari:
ü  Biaya langsung, dan
ü  Biaya tak langsung.
Besarnya biaya dihitung berdasarkan hasil  dari perhitungan kubikasi seterusnya dengan menggunakan analisa yang standar untuk pekerjaan jalan dan jembatan.

3.5          Perencanaan Drainase
Drainase merupakan bangunan pelengkap dalam sistim jalan raya, yang berfungsi mengalirkan air dari badan jalan ke tempat pengaliran, sehingga air tidak tergenang di badan jalan.
Dalam perencanaan drainase data pendukung yang diperlukan, data curah hujan minimum 10 tahun, data luas daerah yang mempengaruhi daerah pengaliran terhadap drainase, perhitungan drainase dimulai dari:

a.                   Analisa Intensitas Hujan
Perhitungan intensitas hujan dipengaruhi oleh konsentrasi (Tc), yaitu lamanya air mengalir dari tempat yang terjauh ke saluran pembuang dan juga tergantung pada lokasi daerah pengaliran.
Untuk menghitung  besarnya curah hujan rata-rata dapat menggunakan persamaan berikut:



                Xt            =   Xa +                                    3.27
                 Untuk menghitung waktu konsentrasi  (Tc) digunakan persamaan.
                Tc           =   t1 + t2  ………………………………………………                          3.28
                t1                    =  (        ………………                           3.29
                t2             =                                 ……………………..                              3.30

                Standar Nasional Indonesia (SNI – 03-342-1994), untuk menghitung besarnya curah hujan digunakan persamaan berikut.

                I     =  90 % ´   ………………………………….................        3.31.
                               
b.       Analisa Ukuran Penampang Saluran

                Ukuran penampang saluran dipengaruhi oleh debit air yang akan mengalir ke saluran, persamaan yang digunakan untuk menghitung debit (Q) yaitu:

                    Q      =  1/3,6 . C . I . A ……………………………………….                            3.32
Berdasarkan debit  (Q) dapat hitung ukuran penampang saluran dengan menggunakna rumus berikut.
                Fd =  ………………………………………………………………...............   3.33    
   Keterangan:
I     = Intensitas hujan (mm/jam).
Xt   = Curah hujan rata-rata (mm).
Tc   = Waktu konsentrasi (menit).
S     = Kemiringan daerah pengaliran (%).
nd   = Koefisien hambatan.
t1      = Waktu inlet (menit).
t2     = Waktu aliran (menit).
V     = Kecepatan air rata-rata (m/det).
XT  = besar curah hujan untuk periode tiap tahun (mm/24 jam).
L   =  jarak titik terjauh ke fasislitas drainase (m).
Q  =  Debit maksimum (m3 /detik).
Fd = luas penampang saluran (m2).

Gambar Contah penampang saluran terbuka trapesium.

 

T = Lebar bukaan atas saluran(m).
H = Tinggi saluran (m).
b = Lebar bawah saluran (m).
W = Ruang bebas (m).

BAB IV
DESAIN KONSTRUKSI

  Perencanaan konstruksi untuk pekerjaan Perencanaan Pembangunan Jalan Elak kabupaten Aceh Timur, Dilakukan berdasarkan data primer hasil  survey lapangan, data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait dan standar atau peraturan yang berlaku. Perencanaan konstruksi  meliputi
Ø  Perencanaan geometrik  jalan berdasarkan data survey Survey topografi.
Ø  Perancanaan tebal perkerasan berdasarkan data survey Dynamic cone penetrometer (DCP) untuk pelebaran dan data survey lendutan balik dengan alat Benkelman Beam (BB), dan data lalu lintas.
Ø  Perencanaan tembok penahan tanah menggunakan data survey unconfined, data boring dan data survey geolistrik.

4.1.             Perencanaan Geometrik Jalan
Perencanaan geometrik jalan meliputi  perencanaan/ perbaikan trase jalan, perencanaan/ perbaikan rencana lengkung horizontal dan  lengkung  vertikal, perencanaan/ perbaikan rencana lebar penampang melintang lajur lalu lintas dan bahu jalan sehingga menjadi lebar lajur  lalu lintas dan bahu jalan menjadi lebar ideal 2 x 3,5 meter lebar lajur dan 2,00 meter lebar bahu sebelah kanan dan kiri jalan untuk jalan antar kota. Jalan dalam kota lebar lajur minimum 2 x 3,00 meter dengan median lebar bahu dalam 0,25 meter bahu luar 1,50 meter. Perencanaan/ perbaikan rencana drainase dan tembok pehan tanah. Perencanaan geometrik jalan berpedoman pada Tata cara perencanaan geometrik antar kota Nomor:089/T/BM/1997, Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. RSNI T-14-2004 Perencanaan Geometrik Dalam Kota, Badan Standarisasi Nasional (BSN).
Hasil dari perencanaan geometrik pada alinyemen horizontal/ lengkung horizontal jalan arteri dengan jari-jari minimum (R min ) = 210 meter, standar dapat tercapai bila tersedia lahan yang cukup pada koridor setiap ruas jalan rencana, bila tersedia lahan yang tidak tersedia maka disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada, dengan memberikan rambu lalu lintas yang cukup sehingga pengguna jalan aman dan nyaman dalam perjalanan. Besarnya kecepatan rencana (V renc )  berpedoman pada tabel II.6, hal 11 Petunjuk Perencanaan jalan Antar Kota Nomor:  089/T/BM/1997, dan Tabel 4 halaman 9 Tata cara perencanaan geometrik perkotaan (RSI T-14-2004).
Penampang lintang jalan merupakan, potongan arah melintang tegak lurus terhadap as jalan arah memanjang/ alinyemen horizontal, komponen penampang melintang jalan terdiri lebar lajur dan lebar jalur lalu lintas baik existing maupun rencana, lebar bahu jalan existing maupun rencana. Jalan lintas timur Provinsi Aceh, diprogramkan lebar jalur lalu lintas dan lebar bahu jalan menuju lebar ideal, yaitu lebar jalur lalu lintas  7,50 meter termasuk marka menerus jalan, dengan lebar bahu sebelah kanan dan bahu sebelah kiri masing-masing 2,00 meter. Terdapat ruas jalan yang lebar jalur lalu lintas kurang dari 7,50 meter, maka perlu dilakukan pelebaran sampai mencapai 7,50 meter, begitu juga dengan lebar bahu jalan, kondisi masing-masing ruas jalan sebagaiman pada gambar rencana. Hasil perencanaan geometrik jalan seperti pada lampiran

4.2.             Perencanaan Konstruksi Tebal Perkerasan
Perencanaan konstruksi tebal perkerasan untuk pelebaran dilakukan berdasarkan data CBR dari tes DCP, sedangkan perencanaan tebal perkerasan untuk lapisan ulang/ overlay menggunakan  pengujian lendutan balik dengan alat Benkelman Beam. Acuan dalam perencanaan berdasarkan Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Pt T-012002-B Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah, Manual Desain Perkerasan Jalan Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga (Keputusan Dirjen Bina Marga  Nomor: 22.2/KPTS/ Db/2012, Tanggal 30 Maret 2012 dan Draf RSNI 2006.  Muatan sumbu tunggal (MTS) dalam perencanaan ini berdasar MTS 10 ton, data lalu lintas menggunakan data lalu lintas dari IRMS 2012, data material berdasarkan syarat material yang terdapat pada spesifikasi umum 2010, Divisi 6. Perencanaan tebal perkersaan dengan umur rencana 10 tahun, dengan indek permukaan permulaan (Ipo) > 4, dan indek permukaan akhir (Ipt) = 2,5, pertumbuhan lalu lintas pertahun sebesar 6 %.   Hasil dari perencanaan  terdiri lapisan urugan pilihan (urpil), lapisan podasi bawah  dengan agregat kelas B, lapisan pondasi atas dengan agregat kelas A, lapisan permukaan terdiri dari lapisan  AC – Base, lapisan AC-BC dan lapisan AC-WC. Sedangkan untuk bahu jalan menggunakan latasir SSA setebal 2 cm.













4.2.1.                                Perhitungan CBR











4.2.2     Perhitungan Volume Lalu Lintas


Perkembangan Lalu Lintas (i)  Jalan Alteri
dari tahun rencana (2016) sampai dengan tahun 2020  =
5
%
Perkembangan Lalu Lintas (i)  Jalan Alteri rata-rata
selanjutnya dari tahun 2021 sampai dengan tahun 2037  =
4
%
Perkembangan Lalu Lintas (i)  Jalan Alteri rata-rata
4,5

Umur rencana
20
tahun
tahunTata


























4.3.             Perencanaan Drainase
Perencanaan drainase diperlukan mengalirkan air dari badan jalan, bahu jalan dan daerah luar badan jalan yang berpengaruh. Data curah hujan yang digunakan, data curah hujan periode 10 tahun, yang berdasar dari stasion pancatat hujan (BMG), yang terdekat dengan lokasi ruas jalan rencana. Cara perhitungan draiase, 1. Data curah huja 
NO
TAHUN
Tinggi Hujan (mm)
1
2003

105

2
2004

175

3
2005

225

4
2006

165

5
2007

215

6
2008

125

7
2009

240

8
2010

110

9
2011

200

10
2012

90

Data curah hujan sumber: Stasion Meteorologi Malikulsaleh Lhokseumawe.
2. Hitung hujan rata-rata
NO
TAHUN
Ri
Ri-Rbar
(Ri-Rbar)^2
1
2003
105
         (60)
          3.600
2
2004
175
          10
             100
3
2005
225
          60
          3.600
4
2006
165
            -
                 -
5
2007
215
          50
          2.500
6
2008
125
         (40)
          1.600
7
2009
240
          75
          5.625
8
2010
110
         (55)
          3.025
9
2011
200
          35
          1.225
10
2012
90
         (75)
          5.625
JUMLAH

1650






3. Intetsitas hujan rencana dengan metode Mononobe.

I
=
R
X
(
24
)2/3

24
t


Diketahui :
R2
=
157,591
mm

R5
=
222,837
mm

R10
=
266,029
mm

R25
=
320,619
mm



 Untuk  t = 5 menit


= 5/60


=


0,083


jam
I2 =
157,591
x   (
24
)2/3
=
286,362
mm/jam
24
0,083
I5 =
222,837
x   (
24
)2/3
=
404,921
mm/jam
24
0,083
I10 =
266,029
x   (
24
)2/3
=
483,407
mm/jam
24
0,083
I25 =
320,619
x   (
24
)2/3
=
582,603
mm/jam
24
0,083
Perhitungan selanjutnya
t
Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
(menit)
I 2
I 5
I10
I15
5

286,362

       404,9

 483,4


    582,6


10

180,397

       255,1

 304,5


    367,0


15

137,669

       194,7

 232,4


    280,1


20

113,643

       160,7

 191,8


    231,2


25

97,935

       138,5

 165,3


    199,2


30

86,726

       122,6

 146,4


    176,4


35

78,256

       110,7

 132,1


    159,2


40

71,591

       101,2

 120,9


    145,7


45

66,184

         93,6

 111,7


    134,7


50

61,695

         87,2

 104,1


    125,5


55

57,897

         81,9

   97,7


    117,8


60

54,634

         77,3

   92,2


    111,2


65

51,795

         73,2

   87,4


    105,4


70

49,298

         69,7

   83,2


    100,3


75

47,082

         66,6

   79,5


      95,8


80

45,099

         63,8

   76,1


      91,8


85

43,313

         61,2

   73,1


      88,1


90

41,693

         59,0

   70,4


      84,8