BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Umum
Kondisi jalan Nasional lintas
timur Provinsi Aceh khususnya di kawasan Kota Idi yangsebagai Ibu Kota
Kabupaten Aceh Timur terus terjadi
peningkatan volume lalu lintas setiap tahun teruatam pada jam-jam sibuk
sehingga terjadi perlabtan kecapatan
kendaraaan, sehingga dapat terjadi kemacetan. Untuk mengatasi hal tersebut
dimasa yang akan datang Pemerintah
Kabupaten Aceh melakukan perencanaan pemabngunan
Jalan Elak Kabupaten Aceh Timur, jalan tesebut secara geografis terletak di sebelatan
Selatan Kota Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur.
Menurut klasifikasi fungsional Jalan Elak Kota Idi nanti termasuk kelas jalan arteri, yang dapat menampung
peningkatan volume lalu lintas dimasa yang akan datang terutama kendaraan berat
seperti truk dan bus. Dan berpengaruh
terhadap kecepatan dan tingkat pelayanan
jalan (level of service),
pencapaian tingkat pelayanan jalan dipengaruhi oleh lebar jalur jalan, kondisi
trase jalan termasuk lengkungan horizontal dan vertikal, lebar bahu jalan,
kondisi konstruksi perkerasan jalan termasuk lapisan permukaan.
Menurut iklim jalan lingkar Kota Idi dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim hujan
dan musim kemarau, dengan suhu berkisar antara 25°C – 29 °C. Musim hujan
biasanya terjadi antara bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim
kemarau antara bulan Februari sampai dengan bulan Juli. Curah hujan yang
terjadi antara 1.745-2.232 mm/th. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
September sebesar 276 mm dan curah hujan terendah pada bulan Maret sebesar 263
mm.
1.2.
Latar Belakang
Jalan Elak Kota Idi terletak sebelah selatan Kota Idi , mempunyai
topografi berdasarkan medan terdiri medan datar, medan berbukit dan medan
pergunugan. Menurut standar perencanaan geometrik jalan antar kota No.
038/TBM/1997 persentase kemiringan medan seperti pada tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1. Klasifikasi Medan
No
|
Jenis Medan
|
Notasi
|
Jenis (%)
|
1
2
3
|
Medan datar
Medan perbukitan
Medan Pergunungan
|
D
B
G
|
> 3
3 – 25
> 25
|
Sumber Standar Perencenaan Geometrik Jalan antar Kota
1997
1.3.
Permasalahan
Hasil survey pendahuluan yang dilakukan di lokasi Perencanaan
Teknik (DED) Jalan Lintas Timur Paket 20/2013 diperoleh data ruas jalan dan
lokasi seperti pada tabel 1.3. Perubahan lokasi ruas jalan sebagaimana yang
tercantum pada kerangka acuan kerja (KAK), karena rencan pembangunan ruas jalan tersebut perlu penanganan segera.
Evaluasi yang dilakukan pada waktu survey pendahuluan meliputi Pengukuran dan Topografi, Soil test dan Hidrologi, sebagai data awal mendukung
perencanaan perencanaan pembangunan jalan elak tersebut.
1.4.
Sasaran Yang Ingin Dicapai
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pekerjaaan Perencanaan Pembangunan
jalan Elak kabupeten Aceh Timur ( Lintas Timur) adalah tersedianya dokumen
perencanaan terdiri dari.
a.
Rencana Geometrik Jalan
meliputi:
Ø
Penentuan trase jalan yang ideal
sesuai dengan standar.
Ø Penentuan Ainyemen horizontal berdasar jari-jari (R) lengkung minmum
sebesar 210 meter, dan kecepatan minimum 60 km/jam.
Ø Keadaan existing awal dan existing rencana.
Ø Kondisi drainase yang ada dan drainase rencana.
Ø Volume/ kubikasi tanah galian dan tanah galian.
b.
Konstruksi tebal perkerasan,
meliputi:
Ø
Jenis material yang digunakan
untuk:
-
Lapisan tanah dasar (Subgrade).
-
Lapisan pondasi bawah (sub base course).
-
Lapisan pondasi atas (base course).
-
Lapisan permukaan (surface course).
Ø
Tebal masing-masing lapisan
perkerasan.
Ø
Vomlume/ kubikasi masing-masing
lapisan perkerasan.
c.
Kestabilan lereng pada daerah galian
dan timbunan.
d.
Daftar harga satuan.
e.
Dokumen lelang.
Tesedianya dokumen Perencanaan Pembangunan Jalan Elak Kabupaten Aceh
Timur, diharapkan dapat menyelesaikan
permasaalahan program Pemerintah Kabupaten Aceh Timur.
1.5.
Maksud dan Tujuan Kegiatan
Jasa pelayanan ini dimaksudkan untuk membantu Satuan Kerja / Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Timur dalam rangka malaksanakan pekerjaan
Perencanaan Pembangunan Jalan Elak Kabupaten Aceh Timur.
Tujuan dari perencanan ini adalah tersedianya perencanaan teknik jalan
yang berwawasan lingkungan, serta dokumen pelelangan, dengan mengacu kepada standar / prosedur yang berlaku guna tercapainya
mutu pekerjaan perencanaan, penyelesaian penanganan masalah yang bersifat
khusus serta memenuhi tingkat perekonomian yang tinggi
sehingga pelayanan jalan yang diinginkan selama umur rencana dapat tercapai.
Mencapai maksud di atas maka pihak Konsultan melakukan persiapan desain
dengan melakukan pengumpulan data untuk mendukung kegiatan yang dimaksud.
pengumpulan data diawali dengan survey pendahuluan untuk mendapatkan gambaran
umum tentang kondisi Topografi pada jalur lintas jalan, guna dapat merencanakan: trase jalan,
lapisan perkerasan, bangunan pelengkap, dan keadan geografis daerah perencanaan.
Selanjutnya dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder meliputi:
Ø Pengumpulan data primer terdiri dari:
-
Survey pengukuran topografi.
-
Survey penyelidikan tanah.
-
Survey hidrologi.
Ø Pengumpulan data sekunder terdiri dari:
-
Peta Provinsi Aceh, termasuk
peta jaringan jalan.
-
Peta lokasi material yang
tersedia untuk pelaksanaan pembangunan.
-
Daftar harga satuan yang berlaku
di wilayah ruas jalan yang direncanakan.
Berdasarkan data tersebut kira nya menjadi pendukung Perencanaan Pembangunan
Jalan Elak Kabupaten Aceh Timur. Yang tidak lepas dari aturan serta standar
yang berlaku.
1.6.
Ruang Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan konsultan berupa konsultan teknik, bertanggung jawab
atas jasa konsultan Perencanaan Pembangunan Jalan Elak Kabupaten Aceh Timur,
sebagaimana yang tercantum pada surat perjanjian kerja/
kontrak adalah sebagai berikut:
1.
Melaksanakan survey dan
perencanaan teknik sesuai dengan standar perencanaan yang berlaku.
2.
Menyediakan dokumen pelelangan
pengadaan jasa konstruksi, daftar kuantitas dan gambar tipikal sebagai bahan
pelelangan konstruksi.
3.
Menyediakan perencanaan teknik
detail, gambar detail dan engineer estimate (perkiraan biaya).
4.
Merevisi perencanaan teknik
jalan sesuai dengan kebutuhan setelah pemeriksaan final dari pengguna jasa.
5.
Mengindentifikasi dampak
lingkungan dan mengatur tindakan dalam rencana manajemen lingkungan (EMP).
1.7.
Hasil/ Keluaran
Hasil dari pekerjaan perencanaan tersedianya dokumen Perencanaan Teknik
(DED) Jalan Lintas Timur dalam bentuk:
- Laporan hasil perencanaan.
- Gambar situasi dan trase jalan rencana.
- Gambar potongan arah memanjang (long
section)
- Gmabar potongan arah melintang (cross
section), pada daerah lurus dan datar setiap 50 meter, daerah tikungan
dan tanjakan setiap jarak 25 meter.
- Volume dan rencana biaya pekerjaan fisik.
- Pelaporan, terdiri dari:
-
Laporan pendahuluan.
-
Laporan bulanan
-
Laporan akhir.
- Gambar perencanaan + CD.
- Dokumen pelelangan.
1.8.
Jangka Waktu Pelaksanaan
Jangka waktu kegiatan Perencanaan Pembangunan Jalan Elak
kabupaten Aceh Timur sesuai yang tercamtung dalam kontrak kerja yaitu selama
3.0 (tiga) bulan sejak Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dan mobilisasi
personil dikeluarkan.
BAB II
ORGANISASI DAN RENCANA KERJA
Organisasi
sebagai kebutuhan dalam suatu kegiatan baik kegiatan perencanaan maupun
kegiatan pelaksanaan, personil dalam organisasi terdiri dari berbagai disiplin
ilmu yang dibutuhkan dalam suatu
kegiatan, masing-masing mempunyai tugas dan tangung jawab yang diberikan oleh
koordinator/ Team Leader. Rencana kerja merupakan rencana kegiatan
masing-masing komponen yang akan dilaksanakan, rencana kerja disusun menurut
urutan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Untuk mengontrol
kegiatan yang dilaksanakan dibuat time schedule kegiatan dari mulai kegiatan
sampai berakhirnya kegiatan, time schedule juga berfungsi untuk mengetahui
kemajuan kegiatan yang sedang
dilaksanakan/ progres, baik mingguan maupun bulanan.
2.1.
Organisasi Kerja.
Memperlancar
kegiatan pekerjaan pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Jalan Elak Kabupaten
Aceh Timur, pihak Konsultan Perencana membentuk Organisasi kerja kualifikasi
dan jumlah personil sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja. Kelompok kerja tersebut
terdiri dari:
ü
Team
Leader/ Project Koordinator.
ü
Tenaga
Ahli Jalan (Highway Engineer).
ü
Tenaga
Ahli Hidrologi (Hidrologi Engineer).
ü
Tenaga
Ahli Geoteknik (Geoteknik Engineer).
ü
Tenaga
Ahli Tanah dan Material (Soil/ Material Engineer).
ü
Tenaga
Ahli Anggran Biaya (Quantity/ Cost Engineer).
ü
Tenaga
Ahli Lingkungan.
ü
Tenaga
Surveyor.
ü
Tanaga
Harian Lokal.
ü
Sekretaris/
Adminitrasi.
ü
Tenaga
Operator Komputer.
ü
Ofice
Boy.
Dalam
melaksanakan kegiatan perenacnaan tersebut diketuai oleh Team Leader/ Project
Koordiantor. Organisasi pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Teknik (DED) Jalan
Lintas Timur (Paket 20/2013) disusun dengan maksud untuk mengetahui alur tugas
dan tanggu jawab semua tenaga ahli, tenaga administrasi, tenaga operator komputer
dan tenaga pendukung yang terlibat dalam pekerjaan ini. Alur tugas dan tanggung
jawab sangat penting untuk:
Ø
Menghindari
terajdinya tumpang tindih dari petugasan yang ada.
Ø
Memperjelas
tugas dan tanggung jawab masing-masing personil.
Ø
Mempermudah
koordinasi jenis-jenis pekerjaan yang saling berhubungan.
Ø
Mempermudah
mengatasi masalah yang dapat menghambat kemajuan pekerjaan.
2.2.
Tenaga Kerja
Untuk
dapat menjamin keberhasilan pelaksanaan
pekerjaan ,pelayanan akan diberikan oleh tenaga profesional pada tingkat
ahli dan
tenaga pendukung. Sesuai dengan kontrak kerja pekerjaan ini akan
dilaksanakan dalam kurun waktu 3.0 bulan. Karena tidak kesemuanya dibutuhkan
serentak, maka
waktu penugasan masing-masing tenaga tesebut di atur menurut jadwal yang telah
disusun.
Pembagian
tugas dan tanggung jawab disusun berdasarkan
jadwal penugasan dan rencana kerja yang rinci. Hal ini dilakukan untuk
mengoptimalisasikan tugas masing-masing personil agar tercapai sasaran secara
efektif, efisien dan tepat waktu.
Team
Leader/ Project Koordinator akan melakukan pengelolaan dan pengendalian tugas
dan tangungjawabnya pada seluruh anggota tim. Tiap-tiap anggota tim mempunyai
tanggung jawab individual dan kolektif untuk mendukung tugas kelompok.
Seluruh anggota tim ini bertanggung jawab atas kendali mutu terhadap produk/
keluaran hasil perencanaan jalan.
Adapun
tenaga yang ditugaskan dalam pekerjaan ini adalah:
1.
Team Leader/ Project Koordinator
Team
Leader/Project koordinator yaitu sarjana
teknik sipil, berpendidikan sarjadi S1 Teknik Sipil/ Bidang Transportasi,
berpengalaman dalam perencanaan jalan raya selama 5 tahun, baik perencanaan
geometrik maupun konstruksi perkerasan dan bangunan pelengkap lainnya terdapat pada jalan.
Tugas
dan tanggung jawab Team Leader/Project kooradinator seabagai berikut:
Ø
Mengevaluasi/
mengoreksi rencana yang disusun oleh masing-masing personil yang terlibat dalam
perencanaan yang akan dilaksanakan, sehingga pekerjaan menjadi lebih baikk dari
segi mutu perencanaan dan segi waktu yang tersedia.
Ø
Mengkoordinasi
semua kegiatan yang berkaitan dengan Perencanaan Teknik (DED) Jalan Lintas
Timur (Paket 20/2013).
Ø
Mengadakan
rapat internal untuk mengevaluasi terhadap kemajuan pekerjaan setiap minggu,
setiap bulan, memberikan arahan dan solusi bila terdapat kendala atau
permasalahan dan kegiatan.
Ø
Mengahadiri
rapat yang dilakukan oleh pemberi
tugas, dan konsultasi bila terdapat permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan,
dalam hal ini dengan Kepala SNVT Provinsi Aceh.
2.
Highway Engineer
Highway
Engineer, sarjana teknik sipil yang berpendidikan S1 teknik sipil bidang transportasi dengan pengalaman 3 (tiga) tahun
dalam bidang perencanaan jalan.
Wewenang
dan tangung jawab Highway Engineer dalam kegiatan perencanaan yang dilaksanakan
sebagai berikut:
Ø
Menyusun
rencana kerja sesuai dengan bidang dan tangung jawab yang ditetapkan kepadanya.
Ø
Mengkoordinasi
pelaksanaan survey topografi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Ø
Merencanakan
dan menghitung geometrik dan konstruksi perkerasan jalan rencana.
Ø
Memeriksa
dan mengoreksi gambar geometrik dan tebal perkerasan jalan meliputi:
gambar trase jalan rencana termasuk alinyemen
horizontal dan vertikal, penampang melintang jalan dan gambar drainase.
3.
Hidrologi Engineer
Hidrologi
Engineer berpedidikan sarjana S1 atau lebih tinggi dibidang teknik sipil dan
berpengalama dibidang hidrologi selama minimal 3 (tiga) tahun. Dimana tugas
dari ahli hidrologi adalah merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan yang
mencakup pelaksanaan pengumpulan data hidrologi, pengelolaan dan analisis data
hidrologi. dan perhitungan-perhitungan hidrologi untuk perencanaan bentuk dan
demensi bangunan hidrologi.
Menjamin bahwa data analisis dan perhitungan yang dihasilkan
adalah benar, akurat, siap digunakan, dapat memberikan masukan yang rinci mengenai
curah hujan dan pola aliran permukaan untuk tahap perencanaan teknik jalan dan
jemabatan.
4.
Geoteknik Engineer
Adalah
seorang
sarjana S1 atau srata yang lebih tinggi dibidang teknik sipil dan
berpengalaman dibidang geoteknik mimimal 3 (tiga) tahun, dimana tugas ahli
geotekinik adalah merencanakan semua kegiatan dalam pekerjaan geologi yang
mencakup pelaksanaan survey geologi, pengelohan dan analisis data geologi, dan penggambaran data geologi,
serta menjamin bahwa gambar geologi yang dihasilkan adalah benar, akurat, siap
digunakan, dapat memberikan masukan yang rinci menegenai kondisi dan stabilitas
badan jalan untuk tahap perencanaan teknik jalan, dan dapat memberikan masukan
yang rinci mengenai sumber bahan beserta sifat-sifat bahannya.
5.
Soil and Material Engineer.
Adalah
seorang sarjana S1 atau srata yang lebih tinggi dibidang teknik sipil dan
berpengalaman dibidangnya selama minimal 3 (tiga) tahun, dimana tugas ahli
teknik tanah dan bahan/ material adalah
merencanakan semua kegiatan yang mencakup pelaksanaan penyelidikan tanah di
lapangan dan di laboratorium, analisa data tanah, perhitungan-perhitungan
mekanika tanah yang dihasilkan adalah benar, akurat, siap digunakan, dapat
memberikan masukan yang rinci mengenai kondisi, sifat-sifat dan stabilitas
badan jalan untuk tahap perencanaan teknik jalan dan jembatan.
6.
Quantity dan Cost Engineer.
Quantity
dan Cost Engineer seorang sarajana S1 teknik sipil berpengalaman dalam bidang
perhitunagn quantitas dan biaya dalam pekjaan perencanaan jalan raya selama 3 (tiga) tahun. wewenang dan tangung
jawab sebagai Quantity dan Engineer Estimate
(EE), pemberian wewenang dan tanggung jawab untuk memperlancar kegiatan
perencanaan yang dilakukan sehingga waktu yang ditetapkan oleh pemberi tugas dapat
tercapai dengan baik, adapun tugas dari Quantity/ Cost Engineer:
Ø
Menyusun
program kerja sesuai dengan waktu yang diberikan oleh Team Leader kepadanya.
Ø
Mengevaluasi
harga satuan setempat yang berlaku pada wilayah perencanan jalan.
Ø
Menghitung/
mengevaluasi kualitas pekerjaan, bahan/ material, tenaga keraj dan peralatan.
Ø
Menghitung
rencana biaya pekerjaan berdasarkan perhitungan oleh Konsultan atau sering
disebut Engineer Estimate.
2.3.
Struktur Organisasi
Struktur
organisasi suatu struktur dalam suata kegiatan yang menggambarkan kedudukan
masing-masing personil, ada yang bersifat
perintah dan koordinasi setiap kegiatan yan telah disusun oleh tim kerja. Struktur organisasi Perencanan Pembangunan
Jalan Elak Kabupaten Aceh Timur disusun sesuai Acuan Kerja
(KAK) dan Surat Perjanjian Kerja.
Struktur organisasi Konsultan perencana seperti pada lampiran laporan pendahuluan.
2.4.
Jadwal Pelaksanaan.
Dalam
melaksanakan pekerjaan Perencanaan Pembangunan Jalan Elak Kabupaten Aceh Timur, Konsultan
telah menyusun jadwal yang terdiri dari jadwal
pelaksanaan pekerjaan dan jadwal penugasan personil. Jadwal pelaksanaan disusun
sebagai pedoman mengenai jenis pekerjan dan waktu berlangsungnya
pelaksanaan yang akan dilakukan. Keseluruhan pekerjaan yang dilaksanakan
dituangkan dalam bentuk rencana kerja dengan mempertimbanngkan optimalitas
waktu dan tingkat keterkaitan antar pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan dan jadwal
mobilisasi personal seperti pada lampiran laporan pendahuluan ini.
2.5.
Rencana Kerja
Sebelum
memulai kegiatan pekerjaan , Konsultan
mengadakan
konsultasi dengan pemberi tugas dalam
hal ini Dinas Pekerjaan Umum Bagian Bina Marga Kabupaten Aceh Timur, yaitu
untuk mendapatkan informasi mengenai ruas jalan yang akan ditangani.
Konsultan
berusaha untuk mendapatkan informasi umum
mengenai lokasi ruas jalan yang akan direncanakan, sehingga dapat mempersiapkan
hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan survey di setiap ruas jalan tersebut.
Pengumpulan data lapangan yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini .
2.5.1.
Survey Pendahuluan
Tujuan
dan Sasaran survey pendahuluan sebagai berikut:
a.
Melaksanakan
koordinasi dengan institusi yang terkait.
b.
Pengumpulan
informasi
menyangkut ruas jalan dan bangunan struktur yang ada.
c. Pencatatan kondisi geometrik,
lebar perkerasan jalan dan lebar bahu jalan, kondisi lapisan konstruksi perkerasan
secara umum dan prakiraan penyebab kerusakan yang telah ada dan kemungkinan
kerusakan yang akan datang.
d. Perkiraan rencana penanganan
yang diperlukan, baik pada perkerasan maupun pada pekerjaan lainnya, seperti
drainase, perbaikan geometrik
2.6.
Survey Topografi.
Survey
pengukuran topografi dilakukan sepanjang trase jalan rencana, perpotongan,
persimpangan yang ada, situasi disekitar
trase jalan rencana meliputi Daerah Milik Jalan dari as jalan sebelah kanan dan
sebelah kiri jalan lebih kurang 50,00 meter, survey topografi meliputi:
1.
Pengukuran
titik kontrol horizontal.
2.
Pengukuran
titik kontrol vertikal.
3.
Pengukuran
situasi.
4.
Pengukuran
profil memanjang dan melintang.
5.
Pengolahan
data dan penggambaran peta topografi menggunakan komputer.
6.
Pemasangan
titik tetap Banch
Mach (BM).
2.7.
Survey Penyelidikan Tanah.
Survey
penyelidikan tanah yang dilakukan meliputi survey daya dukung tanah dasar dengan alat DCP, survey unconfined, survey
boring dan survey geolistirk.
survey-survey tersebut sebagai data pendukung dalam desain
pekerjaan Perencanaan Teknik (DED)
Jalan, tujuan dan diskripsi dari pelaksanaan survey tersebut sebagai berikut:
Ø
Survey
Daya Dukung Tanah.
Survey
daya dukung tanah dasar dilakukan untuk mendapatkan nilai daya dukung tanah
dasar yang ada pada ruas jalan rencana dengan sistem California Bearing Ratio
(CBR), nilai CBR di hitung dalam satuan persen (%). Pengujian lapangan dilakukan
dengan menggunakan alat DCP setiap jarak
200 meter dengan pengambilan data selang seling sebelah kanan dan sebelah kiri
jalan.
2.8.
Tahapan Analisa Data Lapangan,
Desain dan Gambar-Gambar.
Desain
struktur perkerasan flaxible pavement pada dasarnya menentukan tebal lapisan
perkerasan yang mempunyai sifat-sifat mekanis yang telah ditetapkaan sedemikian
rupa sehingga menjamin bahwa tegangan-tegangan dan regangan-regangan pada semua
tingkatan yang terjadi karena beban lalu lintas, pada batas-batas yang dapat ditahan
dengan aman oleh bahan tersebut.
Perhitungan
volume/ kubikasi, diperlukan untuk mendapatkan jumlah masing-masing jenis
material yang akan digunakan. Perhitungan volume untuk keperluan mempersiapkan
taksiran biaya sabagai harga dasar untuk
pelelangan pekerjaan konstruksi. Perhitungan volume diambil dari gambar-gambar
rencana dengan mengunakan perhitungan matematis, perhitungan volume didasarkan pada standar-sandar yang
berlaku, perhitungan volume meliputi:
ü
Perhitungan
luas potongan tanah dasar/ stripping.
ü
Perhitungan
volume tanah galian dan tanah timbunan dan lapisan tanah dasar.
ü
Perhitungan
volume lapisan pondasi bawah.
ü
Perhitungan
volume lapisan pondasi atas.
ü
Perhitungan
lapisan permukaan.
ü
Perhitungan
tanah galian saluran.
ü
Perhitungan
volume campuran beton untuk saluran.
ü
Perhitungan
campuran beton untuk dinding penahan tanah.
ü
Perhitungan luas lapisan resap pengikat.
2.9.
Perhitungan Biaya
Untuk
menentukan harga satuan biaya
konstruksi, mulai dari prinsip dasar dan mempersiapkan lembaran kerja analisa
biaya untuk setiap jenis kegiatan pekerjaan, dengan menggunakan biaya setempat
yang telah ditetapkan, untuk bahan-bahan dan tenaga kerja dan biaya untuk
peralatan produksi dan peralatan.
Lembaran
kerja analisa biaya mengikuti ketentuan yang telah disedia oleh Dirjen Bina
Marga Departemen Pekerjaan Umum, meliputi:
1. Biaya Tenaga Kerja.
Biaya
tenaga kerja dan buruh dapat berubah dari satu lokasi ke lokasi lainnya per
Kabupaten. Untuk keperluan menaksir semua keperluan biaya, tenaga kerja yan
digunakan harus mewakili biaya tenaga kerja rata-rata untuk Kabupaten, tetapi
untuk pekerjaan kontrak secara individu
diperlukan penyesuain.
2. Biaya Bahan.
Harga
bahan juga bisa berubah karena perubahan-perubahan dalam lokasi proyek dan
biaya transport, dan ketersedianya bahan-bahan setempat. Maka dari itu harga
dasar untuk pengiriman bahan-bahan ke pusat Kabupaten harus ditetapkan, dan komponen tetap transportasi harus
ditambahkan sebagaiman perlu memberikan biaya pengiriman ke proyek.
3. Harga Plant (Peralatan
Produksi) dan Peralatan.
Harga
plant (peralatan produksi) peralatan ditaksir dan dibuat standar atas dasar
regional Aceh, biaya tersebut mencakup:
1)
Biaya
untuk menjalankan peralatan dan biaya operasi, termasuk, pembelian minyak dan bahan service, serta komponen yang mencakup pekerjaan perbaikan
alat dan suku cadang.
2)
Biaya
kepemilikan yang mencakup penyusutan (depresiasi)
asuransi, dan bunga sebagai biaya untuk membayar kembali.
3)
Penentuan
harga satuan, harga satuan dihitung untuk setiap jenis kegiatan pekerjaan dengan
menggunakan formulir-formulir atau metoda yang telah umum dipergunakan di Bina
Marga.
1.10.
Pembuatan Laporan dan Doumen Tender
1)
Persyaratan Umum
Untuk
menyiapkan kontrak konstruksi jalan, gambar perencanaan akhir untuk difinalkan desainnya. Kebutuhan gambar yang lengkap
seperti Gambar trase jalan, gambar potongan memanjang dan melintang, gambar-gambar
detail.
2)
Peta Sumber Bahan
Peta
sumber bahan harus mencakup lokasi masing-masing sumber serta tabel yang
memberikan imformasi sebagai berikut :
Ø
Nama
dan lokasi sumber bahan/ material.
Ø
Jarak
perjalanan dari masing-masing sumber bahan ke lokasi proyek.
Ø
Jenis
bahan yang ada, seperti pasir, kerikil, batu-batu dan lain-lain.
Ø
Taksiran
volume pada masing-masing sumber bahan.
1.11.
Pelaporan
Pelaporan
merupakan dokumen yang menjadi tanggung jawab konsultan perencana terhadap
pemberi tugas dalam hal ini konsultan melakukan konsultasi secara rutin dengan Satuan Non Vertikal Tertentu
(SNVT) Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Aceh, laporan
tersebut adalah:
ü
Laporan
Pendahuluan.
ü
Laporan
Bulanan.
ü
Laporan
Akhir.
ü
Gambar
+ CD
ü
Laporan
Anggaran Biaya/ Estimate Engineer.
Laporan
tersebut masing-masing sebanyak 5 (lima) set, setelah draf laporan disetujui
oleh pemberi pekerjaan.
BAB III
KONSEP PERENCANAAN
Metodologi
pelaksanaan pekerjaan dilakukan untuk meyelesaikan masalah dan problema lalu
lintas yang terjadi selama ini pada ruas yang direncanakan, serta berdasarkan
tujuan terhadap lingkup pekerjaan yang terkandung dalam kerangka acuan kerja.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman ataupun acuan dalam melaksanakan
rangkaian kegiatan pekerjaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai.
Metodologi ini juga dilandasi
atas mengenai keterkaitan antara satu pendekatan dengan pendekatan lainnya, lingkup pekerjaan
yang harus diselesaikan sesuai subtansi yang dipersyaratkan dalam Kerangka
Acuan Kerja.
3.1. Kriteria Desain Jalan
Desain
jalan dilakukan berdasarkan undang-undang, peraturan-peraturan, standar-standar
dan ketentuan tentang jalan.
3.1.1. Ketentuan
Teknik
Ketentuan
tentang desain jalan diperlukan untuk
menjamin agar jalan dapat berfungsi secara optimal dalam melayani lalu lintas,
untuk itu dalam melaksanakan pekerjaan Perencanaan Teknik (DED) Jalan. Konsultan perencana
sebagai penyedia jasa berpedoman pada kriteria desain, undang-undang,
peraturan-peraturan, standar-standar desain atau pedoman teknis yang berlaku.
Kriteria desain jalan
yang digunakan sebagi berikut:
a.
Acuan desain
geometrik jalan.
b.
Acuan desain
perencanaan tebal perkerasan.
c.
Acuan desain drainase
jalan.
d.
Acuan desain struktur
yang terdapat pada perencanaan jalan.
e.
Acuan desain utility
dan bangunan pelengkap lainnya.
f.
Ketentuan aspek
lingkungan.
g.
Ketentuan tentang
aspek keselamatan kerja.
3.1.2. Lebar Badan
Jalan
Perencanaan lebar badan jalan mengacu pada
undang-undang tentang jalan No. 38 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Tentang
Jalan No.34 Tahun 2006, seperti pada tabel berikut:
A.
Tabel
Lebar Badan Jalan Berdasarkan Fungsi
FUNGSI
|
Lebar Badan Jalan Minimum (m) UU No. 38/2004 dan PP No.
34/2006
|
ARTERI
|
11
|
KOLEKTOR
|
9
|
LOKAL
|
7,5
|
LINGKUNGAN
|
6,5
|
B.
Tabel Lebar
Lajur Lalu Lintas Berdasarkan
Klasifikasi
KLASIFIKASI
|
Lebar Jalur Lalu Lintas
Minimum (m) (PP No. 34/2006)
|
JALAN RAYA
|
2 (2 x 3,5 ) = 14
|
JALAN SEDANG
|
2 x 3,5 = 7
|
JALAN KECIL
|
2 x 2,75 = 5,5
|
Sedangkan dalam hal lebar badan jalan, lebar lajur
lalu lintas, bila belum memungkinkan antara lain disebabkan karena lokasi, dana
dan lain-lain, maka dapat diterapkan kondisi transisi, seperti pada tabel berikut.
C.
Tabel
Standar Perencanaan Lebar Badan Jalan Menuju Ke Kondisi Ideal
|
Perencanan Badan Jalan (m)
|
||||||||
Ideal
|
Minimum
|
Masa Transisi
|
|||||||
Bahu Kiri
|
Jalur Lalu lintas
|
Bahu Kanan
|
Bahu Kiri
|
Jalur Lalu lintas
|
Bahu Kanan
|
Bahu Kiri
|
Jalur Lalu lintas
|
Bahu Kanan
|
|
Arteri
|
2,0
|
7,0
|
2,0
|
1,0
|
5,5
|
1,0
|
2,5
|
6
|
2,5
|
2,0
|
6
|
2
|
|||||||
Kolektor
|
1,5
|
6,0
|
1,5
|
1,0
|
5,5
|
1,0
|
1,75
|
5,5
|
1,75
|
2,25*
|
4,5*
|
2,25*
|
|||||||
Lokal
|
1,0
|
5,5
|
1,0
|
1,0
|
5,5
|
1,0
|
1,5
|
4,5
|
1,5
|
*) Koreksi Aritmatika dari SE Ditjen Bina
Marga No. UM.0103-Db/591.5 Juli 2007
Selain tersebut di atas juga
memperhatikan ketentuan yang ditentukan oleh SNVT Perencanaan dan Pengawasan Jalan
Nasional Provinsi Aceh sebagai berikut:
Ø
Jalur lintas timur Aceh menggunakan kriteia desain bahu dan jalur lalu
lintas ideal (2+7+2) meter.
Ø
Jalur barat, tengah Aceh, menggunakan kriteria desain ideal (1,5+6+1,5)
meter, kecuali ada keterbatasan maka menggunakan desain transisi (2,5+4,5+2,5)
meter.
3.1.3. Pelebaran
Bahu Jalan
Pelebaran bahu jalan minimum
untuk perkerasan permukaan adalah 0,5 meter dan untuk penyiapan lapisan pondasi
agregat/ badan jalan pelebaran minimum
1,2 meter.
3.1.4. Parameter Perencanaan Geometrik Jalan
Perencanaan geometrik jalan
menerapkan parameter perencanaan sebagi berikut:
No
|
Parameter
|
Antar Kota
|
Perkotaan
|
|
Arteri
|
Kolektor
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
A
|
Klasifikasi Perencanaan
|
|
|
|
1
|
Kecepatan rencana
|
80
|
60
|
60
|
2
|
Jumlah jalur
|
4/2
|
2
|
4/2
|
B
|
Typical Cross Section
|
|
|
|
1
|
Lebar lajur (m)
|
3,50
|
3,00
|
3,50/3,25
|
2
|
Lebar bahu jalan
|
2,00
|
1,50
|
2,00/1,50
|
3
|
Lebar minimum median
|
1,50
|
-
|
1,50
|
4
|
Kemiringan melintang (%)
|
|
|
|
|
Perkerasan
|
2
|
2
|
2
|
|
Bahu
|
4
|
4
|
4
|
5
|
Lebar tepi median (m)
|
0,25
|
0,25
|
0,25
|
6
|
Maksimum superelevasi
|
10
|
6
|
6
|
C
|
Alinyemen Horizontal
|
|
|
|
1
|
Panjang bagian lurus max (m)
|
3000
|
2000
|
2000
|
2
|
Panjang jari-jari minimum (m)
|
210
|
110
|
120
|
3
|
Jari-jari tanpa lengkung
peralihan minimum (m)
|
1250
|
700
|
600
|
4
|
Jari-jari dengan kondisi
normal (m)
|
3500
|
2000
|
2000
|
5
|
Jari-jari tanpa superelevasi
(m)
|
250
|
250
|
250
|
D
|
Alinyemen Vertikal
|
|
|
|
1
|
Kelandaian maksimum (%)
|
10
|
10
|
8
|
2
|
Panjang lengkun min (m)
|
80
|
50
|
50
|
3
|
Panjang lengkung cekung min
(m)
|
3000
|
1500
|
1500
|
4
|
Panjang lengkung cembung min
(m)
|
4500
|
2000
|
2000
|
5
|
Panjang kritis (m)
|
460
|
500
|
500
|
Sumber: Pedoman Desain
Perkerasan Jalan Lentur No. 002/P/BM/2011
3.1.5. Para Meter Perencanaan Perkerasan
Para meter perencanaan
perkerasan yang perlu dipedomani adalah sebagai berikut:
Parameter
|
Perkerasan
|
|
Lentur
|
Kaku
|
|
2
|
3
|
4
|
Umur rencana (tahun)
|
10
|
30 - 50
|
Terminal serviceability (Pt)
|
2,0 – 3,0
|
2,0 – 3,0
|
Intial serviceability (po)
|
4,2
|
4,5
|
Serviceability loss (Δpsi)
|
Po - pt
|
Po - pt
|
Reability (R)
|
80 - 99,9
|
80 – 99,9
|
Standar normal deviation (Zr)
|
(-0,841)-(-3,090)
|
(-0,841)-(-3,090)
|
Standar deviation (So)
|
0,40 – 0,50
|
0,30- 0,40
|
Resilient modulus tanah dasar
(Mr)
|
Berdasarkan CBR = 10 %
|
|
Resilient modulus agregat
kelas B (Mr)
|
Berdasarkan CBR = 60 %
|
|
Resilient modulus agregat
kelas A (Mr)
|
Berdasarkan CBR = 90 %
|
|
Resilietn modulus AC- base
(Mr)
|
Berdasarkan MS =
1800 kg
|
|
Elastic (resilient) modulus
AC (Eac)
|
450.000 psi
|
|
Modulus reaksi tanah dasar (k)
|
|
Berdasarkan CBR = 10 %
|
Modulus elastisitas beton
(Ec)
|
|
Berdasarkan K = 350 kg/cm2
|
Layer coef AC surface course
(a1)
|
Berdasarkan MS = 800 kg
|
|
Layer coef ATB (a21)
|
Berdasarkan EAC = 450.000 psi
|
|
Layer coef agregat kelas A (a2)
|
Berdasarkan CBR = 90 %
|
|
Layer coef agregat kelas B (a3)
|
Berdasarkan CBR = 60 %
|
|
Flexural strength (Sc)
|
|
Berdasarkan S’c = 45 kg/cm2
|
Tebal minimum Asphalt
concrate
|
4 inch
|
|
Tebal minimum Agregat base
|
5 inch
|
|
Tebal minimum concrete
|
|
30 cm
|
Tebal minimum lean concrete
|
|
10 cm
|
Drainase coefficient
|
1,25 – 1,15
|
1,15 – 1,10
|
Sumber: Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan
Lentue Pt T- 01-2002-B
3.2. Tahapan Perencanaan
Dalam melaksanakan kegiatan Perencanaan Teknik (DED)
Jalan Lintas Timur, Konsultan menggunakan metode berdasarkan pedoman-pedoman
dan standar-standar, dari pengumpulan data baik data primer maupun data
sekunder. Tahapan dari perencanaan dibagi atas:
1.
Tahap persiapan
2.
Tahap pengumpulan
data.
3.
Tahap analisa
data.
4.
Tahap perencanaan
teknik.
5.
Tahap finalisasi.
6.
Tahapan-tahapan tersebut
seperti pada bagan alir berikut.
3.2.1.
Perencanaan Geometrik Jalan
Perencanaan geometrik jalan terdiri dari Perencanaan
Alinyemen horizontal, Perencanaan Alinyemen vertikal.
3.2.1.1. Perencanaan Alinyemen Horizontal
Alinyemen
horizontal adalah garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada bidang peta. Alinyemen
horizontal merupakan trase yang terdiri dari garis lurus (tangen) yang dibentuk
oleh sudut tangen (Δ), beradasakan perhitungan hasilnya membentuk lengkung
horizontal/ tikungan.
Bagian
yang kritis pada lengkung horizontal adalah bagian tikungan, dimana terdapat
gaya sentrifugal yang dapat melemparkan kendaraan keluar dari
jalur pada tikungan. Atas dasar itu maka
perencanaan tikungan diusahakan agar dapat memberikan keamanan dan kenyamanan,
sehingga perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
a.
Jari-jari
lengkung minimum untuk setiap kecepatan rencana ditentukan berdasarkan miring
maksimum dengan koefisien gesekan melintang maksimum.
b.
Lengkung
peralihan adalah lengkung pada tikungan yang dipergunakan untuk mengadakan
peralihan dari bagian lurus ke lengkung atau sebaliknya.
Menentukan alinyemen horizontal pada suatu jalan,
direncanakan agar didapat kenyamanan dan keamanan bagi pengemudi ketika berubah
arah, menurut Silvia Sukirman (1994),
jenis lengkung horizontal yang digunakan dalam perencanaan geometrik jalan raya ada tiga
jenis lengkung horizontal yaitu:
1.
Lengkung full
Circle (FC).
2.
Lengkung Spiral-circle-spiral (S-C-S).
3.
Lengkung Spiral-spiral (S-S).
Bentuk dari dari ketiga jenis lengkung tersebut seperti
berikut.
1.
Lengkung Full Circle (FC).
Persamaan yang digunakan untuk menghitung lengkung full circle sebagi berikut:
T = R . Tg. / 2 ....................................................................................... 3.1
Ec = Tc . Tg / 4 ........................................................................................ 3.2
Lc = ( 2p.R ) / 360 ....................................................................................... 3.3
Keterangan
T = Panjang tangen dari titik TC ke titik potong / poin intersection (PI)
R = jari-jari lengkung rencana (m)
Ec = jarak antara PI dengan dengan garis lengkung (circle) meter.
Δ = Sudut putar (°)
2.
Lengkiung Horizontal Spiral-Circle-
Spiral (S-C-S)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung lengkung
spiral-ciscle-spiral (S-C-S) sebagi
berikut:
qs = ................................................................................................ 3.4
Dc = D - 2.qs ................................................................................................ 3.5
Lc =
. ........................................................................................ 3.6
Kontrol
Lc
> 20 ………………..Ok! S-C-S
Lt =
Lc + 2.Ls .................................................................................................... 3.7
P =
............................................................................ 3.8
k =
Ls – ( ) - R . sin q s ................................................................. 3.9
Es =
( R + P ) sec D/2 – R .......................................................................... 3.10
Ts = (R + P) tg D/2 + k .................................................................................................. 3.11
Dimana :
Ts = Jarak
antara titik Ts ke PI (m)
R =
Jari jari titik Ts dan PI (m)
p =
Jarak antara tangen dan busur lingkaran
(m)
k =
Jarak antara Ts dan Cs pada garis lurus (m)
Es =
Jarak PI ke lengkung peralihan (m)
Lc =
Panjang lengkung circle (m)
D = Sudut perpotongan kedua bagian tangen (°)
Lt =
Panjang lengkung circle (m)
Ls =
Panjang lengkung spiral (m)
qs = Sudut Spiral
(o)
D = Sudut putar
(o)
3.
Lengkung Horizontal Spiral-Spiral (S-S)
qs = ½ D 3.12
Ls =
qs .p . R / 90 3.13
p =
(Ls2 / 6 . Rc) . (1- Cos qs) 3.14
k =
Ls – (Ls/40.Rc2)-Rc.Sin qs 3.15
Ts =
(Rc +P) tan qs + k 3.16
Es =
(Rc +P) Sec qs – Rc 3.17
Lt =
2 . Ls ........................................................................................ 3.18
Keterangan
Ts = Jarak antara titik Ts ke PI (m)
R = Jari jari lengkung (m)
Es = Jarak PI ke lengkung peralihan (m)
D = Sudut perpotongan kedua bagian tangen (o)
L = Panjang lengkung spiral (m)
q = Sudut Spiral
(o)
3.2.1.2.
Superelevasi
Diagram superelevasi adalah suatu diagram yang
menggambarkan panjang ruang yang diperlukan untuk merubah kemiringan melintang
(superelevasi) dari keadaan normal
sehingga mencapai superelevasi penuh.
Superelevasi penuh adalah kemiringan maksimum yang dicapai pada suatu tikungan
tergantung pada kecepatan rencana yang
dipergunakan.
Menurut Silvia
Sukiraman (1994), perubahan kemiringan melintang dapat dilakukan dengan cara:
a.
Dengan menggunakn
sumbu jalan sebagai sumbu putar.
b.
Dengan menggunakn
tepi dalam perkerasan sebagai sumbu putar.
c.
Dengan
menggunakan tepi luar perkerasan sebagai sumbu putar.
Bentuk gambar masing-masing superelevasi seperti gambar
berikut:
1.
Gambar Superlelevasi Lengkung Full Circle (FC)
2.
Gambar
Superelevasi Lengkung Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)
3.
Gambar
Superelevasi Lengkung Spiral-spiral (S-S)
3.2.1.3.
Penampang Melantang Jalan.
Penampang melintang jalan/ potongan melintang jalan tegak
lurus terhadap sumbu jalan, pada penampang melintang jalan terlihat
:
ü Lapisan tanah dasar jalan, baik tanah setempat, mapun
tanah galian atau tanah timbunan.
ü Lapisan pondasi bawah.
ü Lapisan pondasi atas.
ü Lapisan permukaan.
ü Lebar badan jalan.
ü Laebar bahu jalan
ü Lebar jalur dan
lajur lalu lintas.
ü Lebar penampang draimanase.
ü Lebar trotoar.
3.2.1.4.
Perencanaan Alinyemen Vertikal.
Lengkung vertikal menurut Silvia Sukirman (1994), bahwa
alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan
jalan melalui sumbu jalan ,melalui tepi dalam masing-masing perkerasan untuk
jalan dengan median. Sering disebut juga sebagai penampang memanjang jalan.
Dengan demikian, alinyemen menyatakan bentuk geometrik
jalan dalam arah vertikal jalan, kondisi medan sangat menentukan bentuk atau
jenis alinyemen vertikal pada potongan memanjang dari trase jalan. Alinyemen vertikal dari penampang memanjang
sangat menentukan jalannya kendaraan
yang melewati jalan tersebut, karena memberi pengaruh yang besar terhadap
kecepatan, dan kemampuan untuk berhenti.
Alinyemen vertikal terdiri dari dua lengkung yaitu:
a.
Lengkung vertikal
cekung, titik potongan antara kedua tangen berada di bawah permukaan jalan, disebut juga lengkung
vertikal positif (+).
b.
Lengkung vertikal
cembung, titik perpotongan kedua tangen berada di atas permukaan jalan, disebut
juga dengan vertikal (-).
Bentuk dari kedua lengkung tersebut dan persamaan yang
digunakan untuk lengkung vertikal sebagai berikut:
a.
Lengkung Vertikal Cekung
Y = ( A/ 200 L) X 2 ................................................................................. 3.19
Ev =
(A L/ 800) .................................................................................
3.20
A = (g1 – g2) ................................................................................... 3.21
X = ¼ L atau X = 1/8 L .................................................................................. 3.22
b.
Lengkung Vertikal Cembung
Y = ( A/ 200 L) X 2 ............................................................................................. 3.23
Ev =
(A L/ 800) ............................................................................................. 3.24
A = (g1 – g2) ............................................................................................. 3.25
X
= ¼ L atau X = 1/8 L ............................................................................................. 3.26
Ev = Pergeseran vertikal (m)
A = Perbedaan aljabar landai (%)
L = Panjang/
jarak antara PLV dengan PTV (m)
BAGAN ALIR
PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL DAN VERTIKAL
3.3 Perencanaan Perkerasan Jalan
Muatan yang bekerja pada suatu kontruksi jalan akan
didistribusikan berdasarkan muatan roda kendaraan ke setiap lapisan perkerasan
jalan dengan sedemikian rupa secara menyebar. Sukirman
(1999) menjelaskan muatan yang bekerja pada suatu kontruksi jalan akan
didistribusikan berdasarkan muatan roda kendaraan ke setiap lapisan pembentuk jalan
dengan sedemikian rupa menyebarkan sudut 450 pada lapisan di
bawahnya, maka penyebaran beban ini semakin ke bawah semakin kecil beban yang
diterima. Dengan demikian, lapisan permukaan merupakan lapisan terbesar yang
harus mampu menerima segala jenis gaya yang bekerja dan tanah dasar sebagai
lapisan terakhir yang menerima beban.
Lapisan konstruksi perkerasan jalan pada sistem perkerasan lentur (flexible
pavement) terdiri dari lapisan tanah
dasar dihitung berdasarkan daya dukung tanah dasar (sub grade), lapisan pondasi bawah (subbase course), lapisan pondasi atas (base course) dan lapisan permukaan (surface course).
3.3.1.
Metode Perencanaan Perkerasan .
Perencanaan tebal perkerasan dilakukan disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi existing pada setiap ruas jalan, perkerasan pelebaran
existing untuk mencapai lebar ideal jalur lalu lintas sebesar 7,00 meter dan
lebar bahu jalan sebesar 2,00 meter di sebelah kiri dan kanan jalan. Perkerasan
peningkatan konstruksi yaitu dengan melakukan pelapisan ulang (overlay) pada
ruas jalan telah mengalami kerusakan
pada lapisan permukaan.
A.
Perencanaan tebal perkerasan pada pelebaran existing
Pelebaran diperlukan karena lebar existing lebar jalur
lalu lintas dan bahu jalan kurang dari lebar ideal, 7,00 meter untuk lebar jalur
dan 2,00 meter untuk bahu jalan.
Perencanaan tebal perkerasan pada kondisi tersebut dengan menggunakan
data:
Ø Data CBR tanah dasar.
Ø Data lalu lintas/ kendaraan.
CBR tanah dasar berdasarkan dasil hasil uji DCP pada
setiap ruas jalan yang menjadi opjek perencanaan, lalu lintas/ kendaraan di
ambil dari data IRMS 2014.
Perencanaan tebal perkerasan berpedoman pada Pedoman
Perencanaan Perkerasan Lentur (Pt T-01-2002-B) dan Manual Desain Pekerasan Jalan 2013 Para meter perencanaan sebagai berikut
a.
Modulus resilien (MR) tanah dasar
CBR tanah dasar rencana dihitung berdasar cari grfais, Modulus resilien (MR) tanah dasar dihitung dengan menggunakan rumus
MR
(psi) = 1.500 x CBR
................................................................................................... 3.27
besarnya
nilai reability berdasarkan tabel 1, Pedoman Perencanaan Perkerasan Lentur (Pt T-01-2002-B) halaman 5, jalan arteri antar
kota. Nilai penyimpangan normal standar
(standard normal deviate ) untuk tingkat reliabilitas tertentu halaman 6.
b.
Lalu
lintas pada lajur rencana
Lalu lintas pada lajur rencana di hitung dengan
menggunakan rumus
W18 =
365 x DL x ŵ18
.................................................................................................... 3.28
DL =
faktor distribusi lajur
ŵ18 =
beban gandar standar kumulatif untuk dua arah.
c.
Lalu lintas kumulatif
Lalu lintas komulatif dihitung dengan menggunakan rumus
Wt =
W18 x[{(1+g)^n – 1}/g]
........................................................................................
3.29
Wt =
jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif.
w18 =
beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun.
n =
umur pelayanan (tahun).
g =
perkembangan lalu lintas (%).
d.
Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Koefisien kekuatan relatif dengan nilai mekanistik, yaitu modulus resilien.
Berdasarkan jenis dan fungsi material lapis perkerasan, estimasi Koefisien
Kekuatan Relatif dikelompokkan ke dalam 5 katagori, yaitu : beton aspal
(asphalt concrete), lapis pondasi granular (granular base), lapis pondasi bawah
granular (granular subbase), cement-treated base (CTB), dan asphalt-treated
base (ATB). Koefisien kekuatan relatif yang digunakan pada perhitungan tebal
perkerasan berdasarkan Tabel 10- Koefisien kekuatan relatif bahan jalan (a),
Rancangan 3 Perancangan tebal perkerasan
lentur Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga Nomor : 22.2
/KPTS/Db/2012 Tanggal : 30 Maret 2012).
e.
Koefisien
Drainase
Kualitas drainase pada perkerasan lentur diperhitungkan dalam perencanaan
dengan menggunakan koefisien kekuatan relatif yang dimodifikasi. Faktor untuk
memodifikasi koefisien kekuatan relatif adalah koefisien drainase (m) dan
disertakan ke dalam persamaan Indeks Tebal Perkerasan (ITP) bersama-sama dengan
koefisien kekuatan relatif (a) dan ketebalan (D). Koefisien drainasi dalam
perhitungan berdasarkan Tabel 6- kefisien drainase (m), Rancangan 3 Perancangan tebal perkerasan lentur Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga Nomor : 22.2
/KPTS/Db/2012 Tanggal : 30 Maret 2012).
f.
Indeks
Permukaan (IP)
Indeks permukaan (IP) menyatakan nilai ketidakrataan dan kekuatan
perkerasan yang berhubungan dengan tingkat pelayanan bagi lalu-lintas yang lewat, indeks permukaan terdiri dari indek permukaan
awal umur rencana (Ipo) dan indek permukaan pada akhir umur rencana (Ipt).
Perhitungan tebal perkerasan jalan lintas timur termasuk fungsional arteri
nilai diambil (Ipo ≥ 4) sedangkan nilai Ipt sebesar 2, sesuai dengan Tabel 6
dan tabel 7 halaman 8 Pedoman
Perencanaan Perkerasan Lentur (Pt T-01-2002-B).
g.
Penentuan
Tebal Perkersan
Penentuan tebal masing - masing lapisan perkersan
bedasarkan data CBR tanah dasar, jenis material lapisan pondasi bawah dengan
CBR 60 %, material pondasi atas dengan CBR 90 %, material pilihan (selected
material tanah dasar) dengan CBR 10 %. Lapisan permukaan digunakan 3 lapis
yaitu lapisan AC – Base dengan marshall 1800 kg, lapisan AC – BC dengan
marshall 800 kg dan lapisan AC – WC dengan nilai marshall 800 kg, umur rencana
10 tahun dengan pertumbuhan lalu lintas pertahun 6 %, rumus yang digunakan
untuk menghitung tebal masing-masing lapisan sebagai berikut:
SN = D1a1m1
+ D2a2m2 + D3a3m3
+ D4a4m4 + D5a5m5
+ D6a6m6
...................................... 3.30
SN = serial numbe berdasarkan Nomomgram 7 halaman 17 Pedoman Perencanaan Perkerasan Lentur
(Pt T-01-2002-B).
D1 = tebal lapisan permukaan AC – WC
D2 = tebal lapisan permukaan AC – BC
D3 = tebal lapisan permukaan AC – Base
D4 = tebal lapisan pondasi atas
D5 = tebal lapisan pondasi bawah
D6 = tebal lapisan urugan pilihan
a1 = koefisien kekuatan relatif lapisan
permukaan AC – WC
a2 = koefisien kekuatan relatif lapisan permukaan
AC – BC
a3 = koefisien kekuatan relatif lapisan
permukaan AC – Base
a4 = koefisien kekuatan relatif lapisan
pondasi atas
a5 =koefisien kekuatan relatif lapisan
pondasi bawah
a6 =koefisien kekuatan relatif lapisan
urugan pilihan
m1 = koefisien drainase lapisan permukaan
AC – WC
m2 = koefisien drainase lapisan permukaan
AC – BC
m3 = koefisien drainase lapisan permukaan
AC – Base
m4 = koefisien drainase lapisan pondasi
atas
m5 = koefisien drainase lapisan pondasi
bawah
m6 = koefisien drainase urugan pilihan
Gambar typical tebal perkerasan
BAGAN ALIR PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN
3.4.
Perhitungan Volume Kubikasi Dan Rencana Anggaran Biaya
Perhitungan kubikasi/ volume,
dihitung berdasarkan hasil dari gambar rencana, potongan memanjang dan
melintang. Volume yang dihitung meliputi:
Perhitunag kubikasi lapisan
tanah dasar terdiri:
Ø Volume tanah dasar dari galian.
- Volume tanah dasar dari
timbunan/ urugan.
- Perhitungan kubikasi dari
lapisan pondasi bawah (sub base course).
Ø Perhitungan kubikasi dasi
lapisan pondasi atas (base course).
Ø Perhitungan kubikasi dari lapisan permukaan (surface course).
Ø Perhitungan kubikasi dari bahu jalan (berm).
Ø Perhitungan galian tanah saluran.
Ø Perhitungan kubikasi beton baik
beton struktural maupun non struktural.
Anggaran biaya merupakan
sejumlah dana yang diperlukan untuk penyelesaian pembangunan suatu kegiatan/
Proyek. Rencana anggaran biaya pada suatu kegiatan terdiri dari:
ü Biaya langsung, dan
ü Biaya tak langsung.
Besarnya biaya dihitung
berdasarkan hasil dari perhitungan
kubikasi seterusnya dengan menggunakan analisa yang standar untuk pekerjaan
jalan dan jembatan.
3.5 Perencanaan Drainase
Drainase merupakan bangunan
pelengkap dalam sistim jalan raya, yang berfungsi mengalirkan air dari badan
jalan ke tempat pengaliran, sehingga air tidak tergenang di badan jalan.
Dalam perencanaan drainase data
pendukung yang diperlukan, data curah hujan minimum 10 tahun, data luas daerah yang
mempengaruhi daerah pengaliran terhadap drainase, perhitungan drainase dimulai
dari:
a.
Analisa Intensitas
Hujan
Perhitungan intensitas hujan
dipengaruhi oleh konsentrasi (Tc), yaitu lamanya air mengalir dari tempat yang
terjauh ke saluran pembuang dan juga tergantung pada lokasi daerah pengaliran.
Untuk menghitung besarnya curah hujan rata-rata dapat
menggunakan persamaan berikut:
Xt =
Xa + 3.27
Untuk menghitung waktu konsentrasi (Tc) digunakan persamaan.
Tc =
t1 + t2
……………………………………………… 3.28
t1 = ( ……………… 3.29
t2 =
…………………….. 3.30
Standar
Nasional Indonesia (SNI – 03-342-1994), untuk menghitung besarnya curah hujan
digunakan persamaan berikut.
I =
90 % ´ …………………………………................. 3.31.
b.
Analisa Ukuran Penampang Saluran
Ukuran
penampang saluran dipengaruhi oleh debit air yang akan mengalir ke saluran,
persamaan yang digunakan untuk menghitung debit (Q) yaitu:
Q
= 1/3,6 . C . I . A
………………………………………. 3.32
Berdasarkan debit
(Q) dapat hitung ukuran penampang saluran dengan menggunakna rumus berikut.
Fd =
………………………………………………………………............... 3.33
Keterangan:
I = Intensitas
hujan (mm/jam).
Xt = Curah hujan
rata-rata (mm).
Tc = Waktu
konsentrasi (menit).
S = Kemiringan
daerah pengaliran (%).
nd = Koefisien
hambatan.
t1 = Waktu inlet (menit).
t2 =
Waktu aliran (menit).
V = Kecepatan
air rata-rata (m/det).
XT = besar curah
hujan untuk periode tiap tahun (mm/24 jam).
L = jarak titik terjauh ke fasislitas drainase
(m).
Q = Debit maksimum (m3 /detik).
Fd = luas penampang saluran (m2).
Gambar Contah penampang saluran terbuka trapesium.
T = Lebar bukaan atas
saluran(m).
H = Tinggi saluran (m).
b = Lebar bawah saluran (m).
W = Ruang bebas (m).
BAB IV
DESAIN KONSTRUKSI
Perencanaan konstruksi untuk pekerjaan Perencanaan Pembangunan Jalan
Elak kabupaten Aceh Timur, Dilakukan berdasarkan data primer hasil survey lapangan, data sekunder yang diperoleh
dari instansi terkait dan standar atau peraturan yang berlaku. Perencanaan
konstruksi meliputi
Ø Perencanaan
geometrik jalan berdasarkan data survey Survey
topografi.
Ø Perancanaan
tebal perkerasan berdasarkan data survey Dynamic cone penetrometer (DCP) untuk
pelebaran dan data survey lendutan balik dengan alat Benkelman Beam (BB), dan data lalu lintas.
Ø Perencanaan
tembok penahan tanah menggunakan data survey unconfined, data boring dan data
survey geolistrik.
4.1.
Perencanaan
Geometrik Jalan
Perencanaan
geometrik jalan meliputi perencanaan/
perbaikan trase jalan, perencanaan/ perbaikan rencana lengkung horizontal
dan lengkung vertikal, perencanaan/ perbaikan rencana lebar
penampang melintang lajur lalu lintas dan bahu jalan sehingga menjadi lebar
lajur lalu lintas dan bahu jalan menjadi
lebar ideal 2 x 3,5 meter lebar lajur dan 2,00 meter lebar bahu sebelah kanan
dan kiri jalan untuk jalan antar kota. Jalan dalam kota lebar lajur minimum 2 x
3,00 meter dengan median lebar bahu dalam 0,25 meter bahu luar 1,50 meter.
Perencanaan/ perbaikan rencana drainase dan tembok pehan tanah. Perencanaan
geometrik jalan berpedoman pada Tata cara perencanaan geometrik antar kota Nomor:089/T/BM/1997,
Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. RSNI
T-14-2004 Perencanaan Geometrik Dalam Kota, Badan Standarisasi Nasional (BSN).
Hasil
dari perencanaan geometrik pada alinyemen horizontal/ lengkung horizontal jalan
arteri dengan jari-jari minimum (R min ) = 210 meter, standar dapat
tercapai bila tersedia lahan yang cukup pada koridor setiap ruas jalan rencana,
bila tersedia lahan yang tidak tersedia maka disesuaikan dengan kondisi lahan
yang ada, dengan memberikan rambu lalu lintas yang cukup sehingga pengguna
jalan aman dan nyaman dalam perjalanan. Besarnya kecepatan rencana (V renc
) berpedoman pada tabel II.6, hal
11 Petunjuk Perencanaan jalan Antar Kota Nomor:
089/T/BM/1997, dan Tabel 4 halaman 9 Tata cara perencanaan geometrik
perkotaan (RSI T-14-2004).
Penampang
lintang jalan merupakan, potongan arah melintang tegak lurus terhadap as jalan
arah memanjang/ alinyemen horizontal, komponen penampang melintang jalan
terdiri lebar lajur dan lebar jalur lalu lintas baik existing maupun rencana,
lebar bahu jalan existing maupun rencana. Jalan lintas timur Provinsi Aceh,
diprogramkan lebar jalur lalu lintas dan lebar bahu jalan menuju lebar ideal,
yaitu lebar jalur lalu lintas 7,50 meter
termasuk marka menerus jalan, dengan lebar bahu sebelah kanan dan bahu sebelah
kiri masing-masing 2,00 meter. Terdapat ruas jalan yang lebar jalur lalu lintas
kurang dari 7,50 meter, maka perlu dilakukan pelebaran sampai mencapai 7,50
meter, begitu juga dengan lebar bahu jalan, kondisi masing-masing ruas jalan
sebagaiman pada gambar rencana. Hasil perencanaan geometrik jalan seperti pada
lampiran
4.2.
Perencanaan
Konstruksi Tebal Perkerasan
Perencanaan
konstruksi tebal perkerasan untuk pelebaran dilakukan berdasarkan data CBR dari
tes DCP, sedangkan perencanaan tebal perkerasan untuk lapisan ulang/ overlay
menggunakan pengujian lendutan balik
dengan alat Benkelman Beam. Acuan dalam
perencanaan berdasarkan Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Pt
T-012002-B Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah, Manual Desain
Perkerasan Jalan Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga
(Keputusan Dirjen Bina Marga Nomor:
22.2/KPTS/ Db/2012, Tanggal 30 Maret 2012 dan Draf RSNI 2006. Muatan sumbu tunggal (MTS) dalam perencanaan
ini berdasar MTS 10 ton, data lalu lintas menggunakan data lalu lintas dari
IRMS 2012, data material berdasarkan syarat material yang terdapat pada
spesifikasi umum 2010, Divisi 6. Perencanaan tebal perkersaan dengan umur
rencana 10 tahun, dengan indek permukaan permulaan (Ipo) > 4, dan indek
permukaan akhir (Ipt) = 2,5, pertumbuhan lalu lintas pertahun sebesar 6 %. Hasil dari perencanaan terdiri lapisan urugan pilihan (urpil),
lapisan podasi bawah dengan agregat
kelas B, lapisan pondasi atas dengan agregat kelas A, lapisan permukaan terdiri
dari lapisan AC – Base, lapisan AC-BC
dan lapisan AC-WC. Sedangkan untuk bahu jalan menggunakan latasir SSA setebal 2
cm.
4.2.1.
Perhitungan CBR
4.2.2 Perhitungan Volume Lalu Lintas
Perkembangan Lalu Lintas (i) Jalan
Alteri
|
dari tahun rencana (2016) sampai dengan tahun 2020 =
|
5
|
%
|
||||
Perkembangan Lalu Lintas (i) Jalan
Alteri rata-rata
|
selanjutnya dari tahun 2021 sampai dengan tahun 2037 =
|
4
|
%
|
||||
Perkembangan Lalu Lintas (i) Jalan
Alteri rata-rata
|
4,5
|
||||||
Umur rencana
|
20
|
tahun
|
tahunTata
|
4.3.
Perencanaan
Drainase
Perencanaan drainase
diperlukan mengalirkan air dari badan jalan, bahu jalan dan daerah luar badan
jalan yang berpengaruh. Data curah hujan yang digunakan, data curah hujan
periode 10 tahun, yang berdasar dari stasion pancatat hujan (BMG), yang
terdekat dengan lokasi ruas jalan rencana. Cara perhitungan draiase, 1. Data
curah huja
NO
|
TAHUN
|
Tinggi Hujan (mm)
|
||
1
|
2003
|
|
105
|
|
2
|
2004
|
|
175
|
|
3
|
2005
|
|
225
|
|
4
|
2006
|
|
165
|
|
5
|
2007
|
|
215
|
|
6
|
2008
|
|
125
|
|
7
|
2009
|
|
240
|
|
8
|
2010
|
|
110
|
|
9
|
2011
|
|
200
|
|
10
|
2012
|
|
90
|
|
Data curah hujan sumber: Stasion
Meteorologi Malikulsaleh Lhokseumawe.
2. Hitung hujan rata-rata
NO
|
TAHUN
|
Ri
|
Ri-Rbar
|
(Ri-Rbar)^2
|
1
|
2003
|
105
|
(60)
|
3.600
|
2
|
2004
|
175
|
10
|
100
|
3
|
2005
|
225
|
60
|
3.600
|
4
|
2006
|
165
|
-
|
-
|
5
|
2007
|
215
|
50
|
2.500
|
6
|
2008
|
125
|
(40)
|
1.600
|
7
|
2009
|
240
|
75
|
5.625
|
8
|
2010
|
110
|
(55)
|
3.025
|
9
|
2011
|
200
|
35
|
1.225
|
10
|
2012
|
90
|
(75)
|
5.625
|
JUMLAH
|
|
1650
|
|
|
3. Intetsitas hujan rencana dengan
metode Mononobe.
I
|
=
|
R
|
X
|
(
|
24
|
)2/3
|
||||||||||||
24
|
t
|
|||||||||||||||||
Diketahui
:
|
R2
|
=
|
157,591
|
mm
|
||||||||||||||
R5
|
=
|
222,837
|
mm
|
|||||||||||||||
R10
|
=
|
266,029
|
mm
|
|||||||||||||||
R25
|
=
|
320,619
|
mm
|
|||||||||||||||
Untuk
t = 5 menit
|
= 5/60
|
=
|
0,083
|
jam
|
||||||||||||||
I2 =
|
157,591
|
x (
|
24
|
)2/3
|
=
|
286,362
|
mm/jam
|
|||||||||||
24
|
0,083
|
|||||||||||||||||
I5 =
|
222,837
|
x (
|
24
|
)2/3
|
=
|
404,921
|
mm/jam
|
|||||||||||
24
|
0,083
|
|||||||||||||||||
I10 =
|
266,029
|
x (
|
24
|
)2/3
|
=
|
483,407
|
mm/jam
|
|||||||||||
24
|
0,083
|
|||||||||||||||||
I25 =
|
320,619
|
x (
|
24
|
)2/3
|
=
|
582,603
|
mm/jam
|
|||||||||||
24
|
0,083
|
|||||||||||||||||
Perhitungan selanjutnya
t
|
Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
|
||||||||||
(menit)
|
I 2
|
I 5
|
I10
|
I15
|
|||||||
5
|
|
286,362
|
|
404,9
|
|
483,4
|
|
|
582,6
|
|
|
10
|
|
180,397
|
|
255,1
|
|
304,5
|
|
|
367,0
|
|
|
15
|
|
137,669
|
|
194,7
|
|
232,4
|
|
|
280,1
|
|
|
20
|
|
113,643
|
|
160,7
|
|
191,8
|
|
|
231,2
|
|
|
25
|
|
97,935
|
|
138,5
|
|
165,3
|
|
|
199,2
|
|
|
30
|
|
86,726
|
|
122,6
|
|
146,4
|
|
|
176,4
|
|
|
35
|
|
78,256
|
|
110,7
|
|
132,1
|
|
|
159,2
|
|
|
40
|
|
71,591
|
|
101,2
|
|
120,9
|
|
|
145,7
|
|
|
45
|
|
66,184
|
|
93,6
|
|
111,7
|
|
|
134,7
|
|
|
50
|
|
61,695
|
|
87,2
|
|
104,1
|
|
|
125,5
|
|
|
55
|
|
57,897
|
|
81,9
|
|
97,7
|
|
|
117,8
|
|
|
60
|
|
54,634
|
|
77,3
|
|
92,2
|
|
|
111,2
|
|
|
65
|
|
51,795
|
|
73,2
|
|
87,4
|
|
|
105,4
|
|
|
70
|
|
49,298
|
|
69,7
|
|
83,2
|
|
|
100,3
|
|
|
75
|
|
47,082
|
|
66,6
|
|
79,5
|
|
|
95,8
|
|
|
80
|
|
45,099
|
|
63,8
|
|
76,1
|
|
|
91,8
|
|
|
85
|
|
43,313
|
|
61,2
|
|
73,1
|
|
|
88,1
|
|
|
90
|
|
41,693
|
|
59,0
|
|
70,4
|
|
|
84,8
|
|
|