Sabtu, 13 Desember 2014

Teknik Bagi Hasil dengan Prinsip Murabahah

Teknik Bagi Hasil Pembiyaan Murabahah
A.    Pengertian dan Rukun Murabahah
Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia mengemukakan :
Bai Murabahah (bai’ul murobahah), jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
Murabahah adalah mengambil keuntungan yang disepakati.
Dalam Glosari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional dijelaskan Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba Dalam Murabahah, rukun-rukunya terdiri dari :
a.        Ba’i = penjual (pihak yang memiliki barang)
b.       Musytari = pembeli (pihak yang akan membeli barang)
c.        Mabi’ = barang yang akan diperjualbelikan
d.       Tsaman = harga, dan
e.        Ijab Qabul = pernyataan timbang terima.
Syarat Murabahah (Syafi’i Antonio, h.102) adalah :
a. Penjual memberitahu biaya barang kepada nasabah
b. Kontrak  pertama  harus  sah  sesuai  dengan  rukun  yang ditetapkan
c. Kontrak harus bebas dari riba
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
          sesudah pembelian
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang
Dalam transaksi jual beli terkandung unsur barang (cara dan syarat   penyerahan   barang)   dan   pembayaran (cara   dan   syarat pembayaran). Untuk memberikan gambaran alur transaksi murabahah secara umum dapat dilihat pada gambar berikut:
B.    Jenis Murabahah
Transaksi jual beli dapat dilakukan dengan beberapa cara, dengan   beberapa cara pembayarannya juga. Murabahah dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis murabahah   sebagaimana diilutrasikan pada gambarberikut:







Gambar 4-2 : Jenis Murabahah
Dilihat dari proses pengadaan barang murabahah dapat dibagi menjadi:
1).      Murabahah Tanpa Pesanan.
Dalam jenis ini pengadaan barang yang merupakan obyek jual beli dilakukan tanpa memperhatikan ada yang pesan atau tidak, ada yang akan membeli atau tidak, ada yang pesan atau tidak, jika barang dagangan sudah menipis, penjual akan mencari tambahan barang dagangan.Sebagai contoh dapat dlihat pada supermaket, ada yang beli atau tidak, begitu persediaan sudah sampai pada  jumlah  persediaan  minimum  yang  harus  diperlihara,  maka langsung dilakukan pengadaan barang.
Dalam Murabahah tanpa pesanan ada dua tahapan yang
terpisah yaitu tahapan pengadaan barang dan tahapan alur pembelian
baranng.
1). Alur pengadaan barang (bank syariah sebagai pembeli)
Dalam alur ini tidak memperhatikan ada yang membeli atau tidak,   yang   diperhatikan adalah pemenuhan ketentuan penyediaan persediaan minimum, dengan memperhatikan jangka waktupengiriman, kelangkaan barang dan sebagainya. Umumnya proses ini dilakukan oleh pedagang grosir dan retail yang menjual kebutuhan masyarakat seperti supermaket, toko dan sebagainya.
2). Alur proses jual beli (bank syariah sebagai penjual) dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
a.        H.  Abdullah  melakukan  negosiasi  dan  menyepakati persyaratan yang terkait dengan jual beli tersebut
b.        Pembeli (H  Abdulah)  melakukan  negosiasi  jual  belisdengan  LKS Ridho Gusti tentang barang, syarat pembayaran dan sebagainya, sampai diperoleh kesepakatan kedua belah pihak dan dilakukan akad jual beli Murabahah
c.        Berdasarkan akad Murabahah tersebut LKS Ridho Gustimengirimkan barang yang telah disepakati kedua belah pihak
d.        Tahap terakhir dilakukan pembayaran harga barang sesuai  kesepakatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, baik dengan tunai,  tangguh  maupun  dengan cicilan.
2).    Murabahah berdasarkan pesanan (pemesanan pembelian)
Pemikiran mengenai penjualan Murabahah berdasarkan Pemesan Pembelian tampaknya  muncul karena dua alasan :
Pertama, Untuk mencari pengalaman. Dalam akad dicantumkan bahwa, salah satu pihak yaitu pemesan pembelian meminta pihak lain untuk bertindak sebagai pembeli (untuk membeli sebuah asset), dan pemesan berjanji akan membeli aset tadi dan bersedia  memberikan  keuntungan  kepadanya,  tergantung pada   pengalaman (kepiawaian)   pembeli.   Orang-orang memerlukannya, karena sebagian mereka tidak mengetahui nilai barang-barang, karena itu diminta meminta kepiawaian mereka yang mengetahui, dan bahkan bisa secara sukarela.  Kedua, Untukmendapatkan pembiayaan (kredit). Pemesan Pembelian meminta pembeli untuk membelikan asset dan berjanji untuk membeli  kembali  disertai  dengan  keuntungan  penjualan, dengan pengertian bahwa pembeli akan menjual asset kepada pemesan pembelian dengan syarat-syarat pembiayaan secara penuh maupun parsial. Pembiayaan ini umumnya merupakan suatu  pendorong bagi pihak yang berhubungan dengan bank-bank syariah untuk bertransaksi atas dasar penjualan Murabahah  berdasarkan Pemesan Pembelian.
Namun demikian kedua tujuan tersebut dapat digabungkan sehingga kenaikan kredit pembelian yang disebabkan oleh berbagai alasan pada saat  ini,  telah meningkatkan  permintaan  terhadap  tipe  penjualan sepertiitu.
Dalam  jenis  ini  pengadaan  barang (barang syariah sebagai pembeli) yang merupakan obyek jual beli, dilakukan atas dasar pesanan yang diterima (bank syariah sebagai penjual). Apabila tidak ada yang pesan maka tidak dilakukan pengadaan barang. Pengadaan barang sangat tergantung pada proses jual belinya. Hal ini dilakukan untuk menghindari persediaan barang yang menumpuk dan tidak efesien. Untuk memberikan gambaran atas murabahah berdasarkan pesanan ini dapat diberikan ilutrasi sebagai berikut:
a.       Penjualan Murabahah kepada Pemesan Pembelian Mengikat.
(1)     Jika pembeli menerima permintaan pemesan, pembeli harus membeli asset yang diakhiri/ditutup dengan akad penjualan yang sah antara dia dan penjual asset. Pembelian ini dianggap merupakan pelaksanaan janji yang mengikat secara hukum antara pemesan danpembeli.
(2)     Pembeli  menawarkan  asset  kepada  pemesan,  yang  harus diterima berdasarkan janji yang mengikat di antara kedua belah pihak secara hukum, dan oleh karena itu harus sesuai dengan ketetapan yang berlaku dalam akad penjualan.
(3)       Di dalam bentuk penjualan seperti ini, diperbolehkan untuk membayar hamish gedyyah ketika menandatangani akad aslinya, tetapi  sebelum  pembeli  membeli  asset.  Hamish  gedyyah didefinisikan sebagai jumlah yang dibayarkan dari Pemesan Pembelian karena adanya permintaan dari pemesan dan hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa pemesan serius di dalam permintaan akan asset tersebut. Tetapi, jika pemesan menolak membeli asset tersebut, maka kerusakan yang timbul (terjadi) dari aset tersebut harus diganti darihamish gedyyah yang dibayarkan.
b    Murabahah berdasarkan Pemesan Pembelian Tidak Mengikat
(1)    Salah satu pihak (pemesan pembelian atau purchase orderer) meminta pihak lain (pembeli) untuk membeli sebuah asset dan menjanjikan bahwa apabila dia membeli asset tersebut, maka pemesan akan membelinya dari dia sesuai dengan harganya (sudah termasuk mark-up keuntungan). Permintaan ini   dianggap   sebagai   kemauan   untuk   membeli,   bukan penawaran.
(2)    Jika pembeli menerima permintaan ini, dia akan membeli asset untuk dirinya sendiri berdasarkan akad penjualan yang sah antara dia dan penjual (vendor) asset tersebut.
(3)    Pembeli harus menawarkan lagi kepada pemesan menurut syarat-syarat perjanjian pertama, tentunya setelah kepemilikan assetnya secara sah dimiliki pembeli. Hal ini dianggap sebagai suatu penawaran dari pembeli.
(4)   Ketika  asset              ditawarkan  kepada  pemesan,  dia  harus mempunyai pilihan untuk mengakhiri suatu akad penjualan atau menolak membelinya, dengan kata lain pemesan tidak wajib memenuhi janjinya. Jika dia memilih melakukan suatu akad, maka itu akan dianggap sebagai suatu penerimaan tawaran tersebut. Kemudian suatu akad penjualan yang sah harus dibuat antara pemesan dan pembeli.
(5)    Apabila  terjadi  bahwa  pemesan  menolak  membeli  asset tersebut,  maka  asset  tersebut  tetap  akan  menjadi  milik pembeli yang berhak untuk menjualnya melalui cara-cara yang diperbolehkan.
(6)    Jika  diharuskan  bahwa  pemesan  harus  membayar  cicilan pertama, maka pembayaran tersebut harus dilakukan setelah akad tersebut ditandatangani dan cicilan tersebut merupakan bagian dari harga penjualan tersebut.

Bab 4 - Pengelolaan Dana Bank Syariah | 177



Dilihat dari cara pembayaran, murabahah dibagi menjadi:
a.       Pembayaran Tunai, yaitu pembayaran dilakukan secara tunai saatbarang diterima
b.     Pembayaran Tangguh atau Cicilan, yaitu pembayaran dilakukan kemudian  setelah  penyerahan  barang  baik  secara  tangguh sekaligus dibelakang atau secara angsuran
C.    Ketentuan Murabahah
Cukup  banyak  ketentuan-ketentuan  Fatwa  Dewan  Syariah Nasional yang berkaitan dengan Murabahah. Berikut disampaikan ketentuan Murabahah dalam Fatwa Dewan Syarian Nasional nomor 4/DSN-MUI/IX/2000. Ketentuan lain dapat dilihat pada bahasan- bahasan berikutnya
Pertama : Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari’ah:
1.      Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yangbebas riba.
2.     Barang   yang   diperjualbelikan   tidak   diharamkan   olehsyari’ah Islam.
3.      Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.
4.      Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama
bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5.  Bank  harus  menyampaikan  semua  hal  yang  berkaitan dengan  pembelian,  misalnya  jika  pembelian  dilakukan secara hutang.


6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah(pemesan)  dengan  harga  jual  senilai  harga  beli  plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7.     Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. 8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
8.  Jika  bank  hendak  mewakilkan  kepada  nasabah  untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.
Kedua : Ketentuan Murabahah kepada Nasabah:
1.     Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau aset kepada bank.
2.      Jika  bank  menerima  permohonan  tersebut,  ia  harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
3.     Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang telah disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut  mengikat;  kemudian  kedua  belah  pihak  harus membuat kontrak jual beli.
4.     Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk   membayar uang muka  saat  menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
5.      Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
6.      Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
7.     Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternatifdari uang muka, maka

Bab 4 - Pengelolaan Dana Bank Syariah | 179



a.     jika nasabah memutuskan untuk membeli barang
tersebut, ia tinggal membayar sisa harga.
b.      jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka  tidak  mencukupi,  nasabah  wajib  melunasi kekurangannya.
Ketiga :  Jaminan dalam Murabahah:
1.     Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah seriusdengan pesanannya.
2.     Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminanyang dapat dipegang.
Keempat : Hutang dalam Murabahah:
1.     Secara   prinsip,   penyelesaian   hutang   nasabah   dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain  yang  dilakukan  nasabah  dengan  pihak  ketiga  atas barang  tersebut.  Jika  nasabah  menjual  kembali  barang tersebut  dengan  keuntungan  atau  kerugian,  ia  tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank. 
2. Jika  nasabah  menjual  barang  tersebut  sebelum  masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
3.      Jika  penjualan  barang  tersebut  menyebabkan  kerugian, nasabah  tetap  harus  menyelesaikan  hutangnya  sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan.  Kelima : Penundaan Pembayaran dalam Murabahah:
        1.
Nasabah  yang  memiliki  kemampuan  tidak  dibenarkan
menunda penyelesaian hutangnya.
2.      Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah   setelah   tidak   tercapai  kesepakatan   melalui musyawarah.





Ketujuh : Bangkrut dalam Murabahah:
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan
hutangnya,  bank  harus  menunda  tagihan  hutang  sampai  ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia nomor          10/31/DPbS tanggal 7 Oktober 2008, perihal Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dijelaskan Murabahah diatur sebagai berikut:
1.       Definisi
Pembiayaan   adalah   penyediaan   dana   atau   tagihan   yangdipersamakan dengan itu berupa:
a.     transaksi   bagi   hasil   dalam   bentuk   mudharabah   dan musyarakah;
b.     transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa belidalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c.      transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam,dan istishna’;
d.       transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh;dan
e.       transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk
transaksi multijasa
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah
dan/atau Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang mewajibkan
pihak  yang  dibiayai  dan/atau  diberi  fasilitas  dana  untuk
mengembalikan  dana  tersebut  setelah  jangka waktu  tertentu dengan imbalan ujroh, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
1.        Akad Murabahah
Transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah  dengan  margin  yang  disepakati  olah  para  pihak, dimana   penjual   menginformasikan   terlebih   dahulu   harga perolehan kepada pembeli.
Menarik  untuk  dilakukan  pembahasan  lebih  dalam  tentang Fiture produk Murabahah sesuai ketentuan Bank Indonesia. Dalam ketentuan tersebut dijelaskan bahwa:
1)      Bank  bertindak  sebagai  pihak  penyedia  dana  dalam
kegiatan transaksi Murabahah dengan nasabah;
3)      Bank   wajib   menyediakan   dana   untuk   merealisasikan
penyediaan barang yang dipesan nasabah; dan
Jika Bank Syariah sebagai penyedia dana dalan kegiatan transaksi murabahah dan dikaitkan dengan ketentuan syariah dalam Fatwa, apa kedudukan bank syariah?
1.       Jika bank hanya sebagai penyedia dana, berarti ada penjual dan
pembeli selain bank syariah, dengan kata lain bank syariah hanya sebagai pemodal. Dengan demikian bank syariah tidak dapat menentukan keuntungan langsung dengan pembeli karena yang berhak menentukan keuntungan dan melakukan negosiasi atau tawar menawar adalah penjual.
2.       Jika diasumsikan bank syariah sebagai wakil dari pemiliki dana
dalam melakukan transaksi murbahah, maka akad yang dipergunakan bukan akan murabahah  tetapi akad wakalah dengan demikian bank syariah hanya akan memperoleh fee wakalah.
Perlu sangat disadari bahwa sesuai karakteristik ekonomi Islam uang hanya sebatas sebagai ”alat tukar” dan ”satuan pengukur nilai” bukan sebagai komoditas
Karakteristik Murabahah adalah bahwa “penjual harus memberi
tahu pembeli mengenai harga perolehan produk dan menyatakan
jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost) tersebut”.
Sedangkan syarat-syarat Murabahah secara umum adalah (aaoifi, 2000)
sebagai berikut:


a.           Bank syariah harus memberitahukan tentang biaya (cost) atau modal
yang  dikeluarkan (capital   outlay).atas   barang   tersebut   kepada
nasabah.
b.       Akad pertama harus sah
c.       Akad tersebut harus bebas dari riba
d.       Bank   Islam   harus   mengungkapkan   tentang   cidera   janji/
wanprestasi yang terjadi setelah pembelian dan harus diungkapkan dengan jelas dan rinci.
e.        Bank  Islam  harus  mengungkapkan  tentang  syarat-syarat  yang
diminta dari harga pembelian kepada nasabah, misalnya pembelian berdasarkan kredit (angsuran)
f.       Jika salah satu syarat-syarat a, d, atau e tidak terpenuhi, maka
pembeli harus mempunyai pilihan untuk:
1)         Melakukan  pembayaran penjualan  tersebut  sebagaimana
adanya;
2)         Menghubungi penjual atas perbedaan (kekurangan ) yang
terjadi atau
3)         Membatalkan akad.
Penjualan Murabahah pada konteks di atas berarti penjualan produk /
barang yang dimiliki  penjual pada saat negosiasi dan akad, oleh karena
itu unsur-unsur yang terkandung dalam transaksi murabahah adalah
sebagai berikut:
Harga perolehan barang              Rp.xxx          diberitahukan kepada pembeli
Keuntungan                            Rp.xxx          disepakati penjual dan pembeli
Harga jual                              Rp.xxx          disepakati penjual dan pembeli
Jika pembayaran dilakukan setelah akad ditanda tangani / pembayaran dilakukan dengan tangguh, baik secara cicilan / angsuran maupun sekaligus dibelakang, maka sebagai hutang nasabah sebagai pembeli adalah sebesar harga jual, sehingga tidak dibedakan hutang pokok dan hutang margin. Bagi nasabah hutangnya adalah hutang atas harga barang. Pembagian pokok dan margin harus dilakukan oleh bank syariah sebagai penjual karena sebagian dari margin yang diterima merupakan haknya pemodal (dana mudharabah). Dalam perbankan konvensional harus dibagi pokok dan bunga karena nasabah berhak
untuk tidak membayar bungan kalau modalnya tidak dipergunakan.

Bab 4 - Pengelolaan Dana Bank Syariah | 183



Oleh karena itu pembahasan-pembahasan transaksi murabahah berikut  disesuaikan dengan unsur-unsur yang terkandung dalam transaksi murabahah tersebut antara lain:
1. Uang muka Murabahah, baik uang muka yang diterima dari
pembeli oleh Bank Syariah maupun uang muka yang dibayar Bank Syariah sebagai pembeli kepada pemasok.
2. Penentuan harga perolehan barang yaitu komponen apa saja
yang dapat dimasukkan dalam unsur harga perolehan termasuk diskon yang diterima oleh Bank Syariah atas pengadaan barang dari pemasok, baik sebelum akad dilaksanakan maupun setelah akad dilaksanakan
3. Keuntungan Murabahah, baik metode perhitungan keuntungan maupun metode pengakuan keuntungan murabahah
4. Hutang nasabah sebagai akibat pembayaran harga barang yangdilakukan  secara  tanggung,  termasuk  potongan  kewajibannasabah
5. Denda, jaminan dan sebagainya
         
2).     Harga perolehan barang
Dalam transaksi murabahah yang diperjual belikan adalah barang miliknya sendiri, sehingga bank syariah mengetahui berapa pokok barang tersebut. Hal ini sejalan dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 4/DSN-MUI/IX/2000 tentang Murabahah dalam ketentuan pertama dijelaskan sebagai berikut:
Pertama : Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari’ah:
4.      Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5.     Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
6.     Bank   kemudian   menjual   barang   tersebut   kepada   nasabah (pemesan)   dengan   harga   jual   senilai   harga   beli   plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
8.      Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
Jika diperhatikan bahwa ketentuan perhitungan harga pokok
barang  tidak  pernah ada  dalam  bank  konvensional,  tetapi  dalam consumer financing seperti FIF, Adira, Sumber Kredit, Culombia dan sejenisnya dimana nasabahnya menerima barang atau perdagangan lainnya, maka perhitungan harga perolehan barang bukanlah hal yang asing lagi.
Yang perlu diketahui adalah apa yang diketagorikan sebagai ”harga  perolehan”  suatu  barang,  sehingga  bank  syariah  dalam memberitahukan kepada pembeli (nasabah) dilakukan dengan benar. Dalam  PSAK  102  tentang  akuntansi  Murabahah,  dijelaskan  yang dimaksud dengan harga perolehan adalah :
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh suatu aset sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau digunakan
Dari pengertian tersebut maka sebagai unsur dari harga perolehan barang adalah sebagai berikut:
penerbangan


                                                                                               Pembeli
                                                                                               di Garut


Harga barang                                                                        .xxxxx
Pengurang
Diskon dari pemasok (sebelum akad)                  .(xxxxx)
Jumlah unsur pengurang                                                 (xxxxx)
Penambah
Pajak penjualan (jika ada)                                 xxxxx
Biaya   yang   dikeluarkan   terkait
dengan pengadaan brang                                  xxxxx
Jumlah unsur penambah                                                  xxxxx
Harga perolehan barang                                                            xxxxx
a).   Biaya sebagai unsur harga perolehan
Berkaitan  dengan  pengadaan  barang,  bank  syariah  sebagai penjual tidak menutup kemungkian mengeluarkan biaya-biaya yang berkaitan   dengan   pengadaan   barang   tersebut   seperti   misalnya pembayaran   pajak   penjualan   atas   barang   yang   dibeli,   ongkos pengiriman barang dan sebagainya. Biaya-biaya yang dikeluarkan dapat dikategorikan  sebagai  unsur  penambah  harga  perolehan  sangat tergantung pada syarat penyerahan barang baik dari pemasok dan pembelinya. 
Untuk memberikan gambaran yang lengap mengenai biaya yang dapat dimasukkan dalam komponen harga perolehan barang diberikan ilustrasi sebagai berikut:
Bank Syariah di Jakarta membeli barang dagangan dengan harga barang  sebesar  Rp. 50.000.000,--  dari  pedagang  di  Batam, penyerahan   barang   dilakukan di pelabuhan Tanjungpriok Jakarta. Barang tersebut dijual kepada seseorang pengusaha di Garut  dan  penyerahan  barang  di  pabriknya  yang  ada  di Bandung.  Bank  Syariah  mengeluarkan  biaya  pengangkutan antara pelabuhan Tanjungpriok ke Bandung, yang dibayarkan kepada perusahaan pengangkutan darat sebesar R.p5.000.000,--
Dari  contoh  tersebut  harga  perolehan  barang  dagangan  dihitung sebagai berikut:
Harga barang                                                  Rp. 50.000.000,--
Ongkos angkut Tj Priok - Bandung                        Rp.       5.000.000,--
----------------------
Jumlah harga perolehan barang dagangan Rp. 55.000.000,--
Kalau diperhatikan karakteristiknya seperti ini hanya didapati
pada perdagangan, kapan biaya sebagai unsur harga perolehan, kapan pengeluaran sebagai beban dan sebagainya hal ini tidak pernah terjadi
pada perbankan konvensional. Sehingga pola berfikir untuk dapat menjalankan murabahah secara kafah adalah sebagai pedagang (bukan sebagai bankir pada umumnya)
b).   Diskon dari Pemasok
Yang bertanggung jawab untuk mengadakan barang adalah bank syariah   sebagai   penjual,   sehingga   dalam   pengadaan   barang dimungkinkan diperoleh diskon dari pemasok atas barang tersebut.
Dalam  Fatwa  DSN  NO:      16/DSN-MUI/IX/2000  tentang Diskon Dalam Murabahah mengatur diskon sebagai berikut:
1.        Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier,  harga  sebenarnya  adalah  harga  setelah diskon; karena itu, diskon adalah hak nasabah.
2.        Jika  pemberian  diskon  terjadi  setelah  akad,  pembagiandiskon  tersebut  dilakukan  berdasarkan  perjanjian           (per-setujuan) yang dimuat dalam akad.
3.        Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklahdiperjanjikan dan ditandatangani.
Kasusnya sangat sederhana tetapi mengandung komitmen syariah yang cukup mendalam. Berapa harga perolehan barang yang harus disampaikan Bank Syariah Ridho Gusti sebagai penjual kepada Hj Aminah sebagai pembeli sangat ”tergantung niatnya penjual”. Dalam Fatwa Dewan Syaiah Nasional nomor 4/DSN-MUI/IX/2000 tentang    Murabahah    bank    syariah    sebagai    penjual    harus memberitahukan dengan ”jujur” harga perolehan barang.
1.        Jika bank syariah sebagai penjual memiliki niat tidak jujur, maka harga perolehan yang diberitahukan adalah Rp. 10.000.000,-- Jika bank   syariah sebagai penjual memberitahukan harga perolehannya Rp.10.000.000,-- nasabah tidak tahu kalau ada diskon atas barang tersebut.
2.        Jika bank syariah sebagai penjual memiliki niat yang jujur, akan memberitahukan harga perolehannya sebesar Rp. 9.500.000,- yaitu  harga barang  Rp. 10.000.000,--  dikurangi  diskon  Rp. 500.000,--. Sebenarnya hal ini juga sesuai dengan ketentuan dalam akuntansi persediaan, bahwa jika kita memberi barang mendapat  potongan  atau  rabat,  maka  yang  tercatat  sebagai persediaan adalah harga barang setelah dikurangi dengan rabat. Pada saat jual penjual memberitahukan harga yang tercatat dalam persediaan, sehingga perhitungan harga perolehan barang yang tercatat dalam persediaan:
Harga barang                       Rp. 10.000.000,--
Diskon                              Rp.       500.000,--
------------------------
Harga perolehan                   Rp.       9.500.000,--  persediaan
Untuk memberikan gambaran yang lengkap perhitungan harga perolehan  barang  dagangan  dapat  diberikan  contoh  lain  sebagai berikut:
·         Bank syariah membeli mobil Inova seharga Rp.100.000.000,-dan atas pembelian tersebut bank syariah memperoleh diskon
sebesar 10% dari harga barang tetapi harus membayar biaya pengiriman mobil dan biaya lainnya sebesar Rp. 7.500.000,--
Atas contoh tersebut Bank Syariah melakukan harga pokok sebagai
berikut

Bab 4 - Pengelolaan Dana Bank Syariah | 191





Harga barang
Diskon (sebelum akad)  10%


Beban lain yang dikeluarkan
(sesuai syarat penyerahan brg)

Harga pokok barang

Rp. 100.000.000,--
Rp. 10.000.000,--
------------------------- (-/-) Rp. 90.000.000,--

Rp.      7.500.000,--
------------------------- (+) Rp.  97.500.000,--


Disinilah dituntut adalah komitmen yang besar dalam melaksanakan
syariah dan disinilah nilai lebih bank syariah yang berbeda dengan
bank konvensional atau lembaga pembiayaan konvensional lainnya.
3).     Keuntungan Murabahah
Tujuan bank syariah sebagai penjual adalah untuk memperoleh keuntungan  dalam  transaksi  murabahah  yang  dilakukan.  Dalam perbankan  syariah  metode  perhitungan  keuntungan  dan  metode pengakuan   keuntungan   tidak   harus   sama.   Bagaimana   metode perhitungan   keuntungan   murabahah  dilakukan, bagaimana cara menghitung keuntungan murabahah belum diperoleh ketentuan yang baku. Bagaimana cara (metode) perhitungankeuntungan murabahah merupakan  prerogratif  atau  hak  eksklusif  dari  penjual,  namun nominalnya harus dilakukan negosiasi dan disepakati oleh pembeli. Jika nominal keuntungan sudah disepakati dan merupakan unsur dari
harga  jual  barang,  bagaimana  melakukan  pengakuan  keuntungan
murabahah (ini   yang   disebut   metode   pengakuan   keuntungan murabahah) saat ini sudah diatur dalam PSAK Syariah khusunya, PSAK 102 tentang akuntansi murabahah.
a).   Metode Perhitungan Keuntungan Murabahah
Metode perhitungan keuntungan yang dipergunakan oleh Bank Syariah dalam menghitungan keuntungan murabahah, masing-masing entitas syariah bisa berbeda-beda, apakah mempergunakan sistem flat, apakah mempergunakan  sistem   anuitas   atau   effektif,   apakah mempergunakan sistem tukar sayur dan sebagainya.
(1).     Contoh pehitungan keuntungan mempergunakan sistem Flat
Formula Flat                         Ket :
AP  = P/n                             AP = Angsuran pokok
AM = P * mum                    P = Pokok
N = bulan (jumlah bulan angsuran) AM = Angsuran marjin
Mum = Marjin (%) per bulan
Contoh :
Bank  Syariah  memberikan  melakukan  transaksi  murabahah
untuk pembelian mobil kijang tahun 2006 dengan harga beli
kijang dari  dealer Rp. 120,000,000,-marjin per tahun setara
dengan 21% dari harga beli, pembayaran dilakukan dengan
tangguh dalam jangka waktu satu tahun, angsuran dibayar per
bulan (baik   porsi   pokok   maupun   marjin),   perhitungan
keuntungan menggunakan sistem flat, droping pembiayaan tgl
2/12/2010 dan angsuran pertama pada tgl 2/1/2011
Dari contoh tersebut diatas maka struktur murabahah adalah sebagai berikut:
Harga perolehan                                     Rp. 120.000.000,--
Keuntungan ( 120.000.000 x 21%)                Rp.       25.200.000,--
-------------------------
Harga jual                                             Rp. 145.200.000,--
(a).   Jadual angsuran pada bank syariah (khusus untuk internal Bank
Syariah        - sesuai PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah)
JUAL BELI MURABAHAH
Nama Nasabah      :   Hj Farida Achmad       Harga Beli        :     120,000,000
Jangka waktu        :   12 bulan                   Marjin           :     25,200,000
Tanggal Angs       :   02                          Harga Jual        :     145,200,000

Porsi
Ags    Pokok
Porsi
Marjin


Angsuran
Sisa
Pokok
Sisa
Marjin
Sisa
Angsuran
Tgl.
Angsur
1    10,000,000
2    10,000,000
3    10,000,000
4    10,000,000
5    10,000,000
6    10,000,000
7    10,000,000
8    10,000,000
9    10,000,000
10     10,000,000
11     10,000,000
12     10,000,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
2,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
110,000,000
100,000,000
90,000,000
80,000,000
70,000,000
60,000,000
50,000,000
40,000,000
30,000,000
20,000,000
10,000,000
0
23,100,000
21,000,000
18,900,000
16,800,000
14,700,000
12,600,000
10,500,000
8,400,000
6,300,000
4,200,000
2,100,000
0
133,100,000
121,000,000
108,900,000
96,800,000
84,700,000
72,600,000
60,500,000
48,400,000
36,300,000
24,200,000
12,100,000
0
02/01
02/02
02/03
02/04
02/05
02/06
02/07
02/08
02/09
02/10
02/11
02/12
120,000,000
25,200,000
145,200,000




Tabel  4-1 : jadwal angsuran internal bank syariah

(b).   Jadual angsuran untuk nasabah (angsuran harga jual)

JADWAL ANGSURAN MURABAHAH
Nama Nasabah                :    Hj. Farida Achmad
Harga Beli                      :    120,000,000
Marjin                        :    25,200,000
Harga Jual                      :    145,200,000
Jangka Waktu                  :    12 bulan
Angs
Angsuran
Sisa Angsuran
Tgl. Angsuran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
12,100,000
133,100,000
121,000,000
108,900,000
96,800,000
84,700,000
72,600,000
60,500,000
48,400,000
36,300,000
24,200,000
12,100,000
0
02/01/10
02/02/10
02/03/10
02/04/10
02/05/10
02/06/10
02/07/10
02/08/10
02/09/10
02/10/10
02/11/10
02/12/10
Juml           145,200,000


Tabel :4-2 : jadwal angsuran untuk nasabah
(2).     Contoh Perhitungan Keuntungan dengan Sistem Efektif
Formula Efektif :
AT =        P X mum
1 - {1/[(1 + mum)n]}
AM =     OSn X mum
AP =        AT - AM
OSn =       OSn-1 - AP

Keterangan :


P           =   Pokok Pembiayaan    AT
AM      =   Angsuran marjin       Mum
Outstanding
OS        =   pembiayaan                    
AP        =   Angsuran Pokok
Contoh :

=   Angsuran total
=   Marjin (%) per bulan
N=   bulan ke


"Bank   Syariah"   melakukan   transaksi murabahah  untuk pembelian mobil kijang tahun. 2006, harga beli kijang dari dealer Rp. 120,000,000,- marjin per tahun setara dengan 21% dari harga beli, pembayaran dilakukan dengan tangguh selama satu tahun,  pola  perhitungan  keuntungan  menggunakan  sistem EFEKTIF, droping pembiayaan tgl 2/12/2007 dan angsuran pertama pada tgl 2/1/2008
Dari contoh tersebut diatas perhitungan keuntungan dapat dilakukan
dengan rumus diatas, sehingga secara rinci tercantum dalam tabel
sebagai berikut
Porsi
Ags    Pokok
Porsi
Marjin


Angsuran
Sisa
Pokok
Sisa
Marjin
Sisa
Angsuran
Tgl.
Angsur
1      9,073,653
2      9,232,442
3      9,394,010
4      9,558,405
5      9,725,677
6      9,895,876
7    10,069,054
8    10,245,262
9    10,424,554
10     10,606,984
11     10,792,606
12     10,981,477
2,100,000
1,941,211
1,779,643
1,615,248
1,447,976
1,277,777
1,104,599
928,390
749,098
566,669
381,046
192,176
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
110,926,347
101,693,905
92,299,896
82,741,491
73,015,814
63,119,938
53,050,884
42,805,622
32,381,068
21,774,083
10,981,477
0
11,983,834
10,042,623
8,262,980
6,647,732
5,199,756
3,921,979
2,817,380
1,888,989
1,139,891
573,222
192,176
0
122,910,181
111,736,529
100,562,876
89,389,223
78,215,570
67,041,917
55,868,264
44,694,611
33,520,959
22,347,306
11,173,653
0
02/01
02/02
02/03
02/04
02/05
02/06
02/07
02/08
02/09
02/10
02/11
02/12
120,000,000
14,083,834
134,083,834




Tabel  4-3 : perhitungan keuntungan anuitas




Berdasarkan perhitungan tersebut diatas, maka struktur murabahah adalah sebagai berikut:
Harga perolehan                                               Rp. 120.000.000,--
Keuntungan ( lihat tabel diatas)                              Rp.       14.083.834,--
------------------------
Harga jual                                                      Rp. 134.083.834,--
Berdasarkan data-data ini, dibuat jadwal angsuran yang dipergunakan untuk internal bank syariah (dibagi porsi pokok dan porsi keuntungan) dan jadwal untuk nasabah (tanpa membedakan porsi pokok dan porsi keuntungan) sebagai berikut:
(a)   Jadwal angsuran untuk bank (khusus untuk internal Bank
        
Syariah - sesuai ketentuan dalam PSAK 102 tentang
         Akuntansi Murabahah)
JUAL BELI MURABAHAH
Nama Nasabah         :   H Achmad Saugi         Harga Beli        :   120,000,000
Jangka waktu           :   12 bulan                   Marjin             :   14,083,834
(setara 21% )
Tanggal Angs          :   02                          Harga Jual        :   134,083,834

Porsi
Ags    Pokok
Porsi
Marjin


Angsuran
Sisa
Pokok
Sisa
Marjin


Sisa Angs
Tgl.
Angs
1    10,000,000
2    10,000,000
3    10,000,000
4    10,000,000
5    10,000,000
6    10,000,000
7    10,000,000
8    10,000,000
9    10,000,000
10     10,000,000
11     10,000,000
12     10,000,000
1,173,653
1,173,653
1,173,653
1,173,653
1,173,653
1,173,653
1,173,653
1,173,653
1,173,653
1,173,653
1,173,653
1,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
11,173,653
110,000,000
100,000,000
90,000,000
80,000,000
70,000,000
60,000,000
50,000,000
40,000,000
30,000,000
20,000,000
10,000,000
0
12,910,181
11,736,529
10,562,876
9,389,223
8,215,570
7,041,917
5,868,264
4,694,611
3,520,959
2,347,306
1,173,653
0
122,910,181
111,736,529
100,562,876
89,389,223
78,215,570
67,041,917
55,868,264
44,694,611
33,520,959
22,347,306
11,173,653
0
02/01
02/02
02/03
02/04
02/05
02/06
02/07
02/08
02/09
02/10
02/11
02/12
120,000,000
14,083,834
134,083,834




Tabel 4-4 :  jadwal angsuran untuk bank syariah


(b).  Jadual angsuran untuk nasabah (angsuran harga jual)
JADWAL ANGSURAN MURABAHAH
Nama Nasabah                :     H. Achmad Saugi
Harga Beli                     :     120,000,000
Marjin                          :     14,083,834
Harga Jual                     :     134,083,834
Jangka Waktu                 :     12 bulan

Angs         Angsuran
1            11,173,653
2            11,173,653
3            11,173,653
4            11,173,653
5            11,173,653
6            11,173,653
7            11,173,653
8            11,173,653
9            11,173,653
10            11,173,653
11            11,173,653
12            11,173,653
Juml              134,083,834
Sisa Angsuran
122,910,181
111,736,529
100,562,876
89,389,223
78,215,570
67,041,917
55,868,264
44,694,611
33,520,959
22,347,306
11,173,653
0
Tgl. Angs
02/01/10
02/02/10
02/03/10
02/04/10
02/05/10
02/06/10
02/07/10
02/08/10
02/09/10
02/10/10
02/11/10
02/12/10
Tabel  4-5 : jadwal angsuran nasabah
(3).   Contoh yang lain
Bank Syariah melakukan transaksi jual beli Mobil Inova dengan harga pokok sebagai berikut


Harga barang
Diskon (sebelum akad)  10%


Beban lain yang dikeluarkan
(sesuai syarat penyerahan brg)

Harga pokok barang

Rp. 160.000.000,--
Rp. 16.000.000,--
------------------------- (-/-) Rp. 144.000.000,--

Rp.      6.000.000,--
-------------------------- (+) Rp. 150.000.000,--







Sebagai komitmennya nasabah memberikan uang muka kepada Bank sebesar Rp.26.000.000,-- dan pembayaran harga barang dilakukan oleh pembeli secara tangguh selama satu tahun. Keuntungan disepakati sebesar Rp. 20.000.000,-- (tanpa mempergunakan rumus perhitungan)
Dari contoh tersebut diatas maka struktur transaksi murabahah adalah sebagai berikut:
Fasilitas Pembiayaan Murabahah :
Harga Beli Mobil                                        =       150,000,000
Marjin Keuntungan Bank                               =         20,000,000
Harga Jual Bank                                         =       170,000,000
Uang Muka Nasabah                                    =         26,000,000
Sisa Angsuran                                           =       144,000,000
Angsuran per Bulan                                     =       12,000,000
(144.000,000 : 12)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar